Drama Korea – Sinopsis Mr Queen Episode 10, Lihat selengkapnya untuk Episode sebelumnya baca di sini. Sedangkan untuk membaca daftar lengkapnya ada di goresan pena yang ini ya.
Ratu lewat di depan sumur, di saat menyaksikan ke dalam sumur, Ratu terkejut menyaksikan Raja, “apa yang sedang kau lakukan di sana?”. dengan napas terengah-engah Raja meminta tolong terhadap Ratu. Ratu pun menolong Raja.
Di kamar, Ratu khawatir dengan Raja, “kenapa kau pergi ke kawasan menyerupai itu”.
Raja masih dalam kondisi trauma sehingga acap kali Raja menyaksikan wajah Ratu bermetamorfosis wajah Hwa Jin. Tiba-tiba Raja menawan Ratu kepelukannya, “mari kita tetap menyerupai ini, sebentar” gumam Raja.
Hwa Jin berimajinasi beliau akan menjadi Ratu, tetapi di saat menyaksikan bayangan dirinya ke danau, bayangannya bermetamorfosis Kim So Yong. Hwa Jin pun terbangun.
Hwa Jin bergegas mengambil suatu buku diam-diam Klan Kim, “Yang Mulia, saya akan membantumu dan juga merusak Ratu” gumam Hwa Jin.
(Buku tersebut Hwa Jin temukan di saat berkunjung ke Rumah Ratu, Hwa Jin yang lebih dahulu mengambil buku tersebut di dalam sumur).
Ratu berupaya keluar dari pelukan Raja, tetapi tidak bisa, hasilnya Raja dan Ratu tidur bersama. Keesokan harinya, Ratu bangkit lebih dulu, Ratu terkesima menyaksikan wajah Raja, di saat Ratu ingin menjamah wajah Raja, Raja terbangun. Ratu pun bergegas menjauh dari sana.
“Selamat pagi” ucap Ratu dengan kikuk.
“Apakah kau menyelamatkanku? Sendiri?” Tanya Raja.
Ratu mengiyakan dan menerangkan panjang lebar cara beliau menenteng Raja keluar dari sumur.
Raja dan Ratu kembali ke istana. Di perjalanan, Ratu sungguh senang di saat menyaksikan banyak gadis di jalan, kemudian Ratu teringat dengan tugasnya, “Penobatan selir!, saya nyaris melalaikan itu” gumam Ratu dengan semangat.
Raja berdiskusi dengan Pangeran Yeongpyeong dan Pengawal Hong, “aku tidak mendapatkan buku diam-diam tersebut di sana, niscaya sudah ada yang mengambilnya”
“Mungkinkah penjahat bertopeng itu? Jika berada di tangannya, artinya buku itu sudah berada di tangan Kim Jwa Geun” ucap Yeongpyeong.
Ratu dengan semangat menemui Ibu Suri Agung (Ratu mengira Ibu Suri Agung memanggilnya untuk secepatnya menjalankan penyeleksian selir).
Ibu Suri Agung sungguh senang menyaksikan Ratu (Tentu saja Ibu Suri senang, sebab beliau sudah sungguh merindukan kuliner Ratu).
Di dapur kerajaan, Ratu menghela napas kecewa, “bukan ini yang saya pikirkan!!”.
Ibu Suri kesal di saat menyaksikan kuliner Ratu, “beraninya beliau menghasilkan gukbap!!, bagaimana dapat beliau menyamakan kuliner petani dengan kerajaan !!”.
Namun, sebab sudah terlalu lapar hasilnya Ibu Suri menegaskan memakannya. Ibu Suri pun terkesima dengan rasanya.
Raja sedang merenung di sekeliling danau, “siapa yang mengambil buku itu? Apa kepentingannya?” Gumam Raja dalam hati.
Ratu juga sedang berlangsung menuju danau, Ratu menyaksikan Raja, “Cheoljong.. Cheoljong” teriak Ratu.
Ratu menghampiri Raja dengan anggun, Raja kebingungan menyaksikan perilaku Ratu yang tiba-tiba anggun, “Apa yang sedang kau lakukan?”
“Aku mendengar dari Dayang Choi ini yaitu cara perempuan kerajaan berjalan, saya ingin menjadi Ratu yang cocok untukmu” sahut Ratu dengan lembut.
“Kamu membuatku takut, jadilah dirimu yang biasanya” ucap Raja.
“Ngomong-ngomong, apa tipemu Yang mulia? Mempesona? Imut? Atau lugu?” Tanya Ratu.
Raja kebingungan dengan maksud Ratu, Ratu menerangkan bahwa beliau ditugaskan oleh Ibu Suri Agung untuk menegaskan beberapa selir kerajaan.
Tiba-tiba Raja memegang kedua tangan Ratu, “selir kerajaan?, itu wangsit yang bagus”.
Tepat di saat itu Hwa Jin berada di sana, Hwa Jin terluka menyaksikan Raja memegang Ratu.
Ratu bergegas menawan tangannya, “aku belum selesai menjelaskan, mereka bukan milikmu, tetapi milikku. Jadi, kau dilarang mendekati mereka, sebab kau sudah memiliki selir Hwa Jin”
Raja kebingungan, tetapi tetap menyepakati impian Ratu.
Di ruangannya, Hwa Jin cuma dapat menghela napas sedih, kemudian Hwa Jin menulis suatu surat untuk Raja. “Isi surat: Yang Mulia, ada sesuatu yang mesti saya berikan kepadamu secara rahasia, saya akan menunggumu di mana kita senantiasa bertemu”
Surat tersebut diantarkan oleh dayang Hwa Jin, tetapi ternyata dayang tersebut yaitu distributor diam-diam Ibu Suri Jo.
Dayang tersebut menginformasikan Ibu Suri Jo mengenai isi surat tersebut, Setelah itu gres ia lanjut mengantarkan surat tersebut terhadap Raja.
Pada di saat rapat istana, Raja ingin mengadakan program perjamuan untuk merayakan kesembuhan ratu dan jerih payah para menteri. Klan Kim menolak dengan argumentasi permasalahan pembunuhan Ratu belum selesai diselidiki, sedangkan Klan Jo mendukung keputusan Raja.
Raja pun dengan tegas tetap ingin mengadakan program tersebut, “itu yaitu tugasku selaku suami dan juga Raja!!”, hasilnya Klan Kim menyetujuinya.
Raja pergi ke perpustakaan istana untuk mencari buku ihwal program perjamuan, tanpa Raja sadari kasim misterius yang menggunakan topeng sedang bersembunyi di sana. Kasim misterius itu pun nervous menyaksikan Raja dari jauh.
Tidak usang kemudian, Ibu Suri Jo juga tiba ke sana, Ibu Suri Jo memang sedang mencari Raja.
Ibu Suri Jo berakting sedih, “Saat menyaksikan Yang Mulia, saya senantiasa teringat dengan Raja sebelumnya, saya sungguh sedih sebab pada di saat itu tidak dapat membantunya melawan klan Kim”.
“Jangan salahkan dirimu, saya percaya almarhum raja juga tidak menginginkannya” sahut Raja dengan tenang.
“Apakah saya dapat menebus kesalahan itu, lewat dirimu? Sepertinya kita memiliki tujuan yang sama” Ucap Ibu Suri Jo dengan sarat arti.
Raja dengan damai berterimakasih atas perhatian Ibu Suri Jo, kemudian Ibu Suri Jo pamit pergi.
Raja teringat dengan surat Hwa Jin, Raja bergegas lari menuju kawasan janjian mereka, tetapi Hwa Jin sudah tidak berada di sana. Raja pun pergi mendatangi Hwa Jin di ruangannya.
Raja meminta maaf ke Hwa Jin sebab terlambat, “aku telat membaca surat sebab tadi sedang mengatakan dengan Ibu Suri Jo”.
“Apa yang kau bicarakan dengan Ibu Suri?”
“Itu cuma obrolan biasa” sahut Raja.
Mendengar respon Raja, Hwa Jin kecewa, “sepertinya kau memiliki obrolan yang sebaiknya saya tidak tahu, kemudian apa yang kau bahas dengan ratu? Saat kau berada di danau?”
“Ah, apakah kau menyaksikan itu?”
“Haruskah saya tidak melihatnya?” Sahut Hwa Jin dengan nada tinggi.
“Dulu kau bilang cuma saya yang bisa membuatmu senang dan sedih. tetapi sekarang, apakah itu bermetamorfosis orang lain?” Ucap Hwa Jin dengan lirih.
“Hwa Jin…”
“Tolong beritahu aku!, apakah kau jatuh cinta dengan ratu?”.
Raja termangu sesaat.
Ratu menyebarkan masker untuk Ibu Suri Agung, “dengan cara menyerupai ini, saya tidak akan tergantikan” gumam Ratu dengan senang.
Byeong In menemui Ratu, “Yang Mulia, saya ingin menanyakan beberapa hal”
“Apakah Anda merasa ada langkah-langkah yang mencurigakan, sebelum Anda dalam kondisi vegetatif?”. Ratu kebingungan dengan maksud Byeong In.
“Aku cuma merasa, itu semua bermitra dengan Raja, menurut penyelidikanku orang yang menjajal menyakitimu dikirim oleh Raja” lanjut Byeong In.
Ratu terkejut mendengarnya, “Astaga, bagaimana kau dapat tahu? Padahal saya satu-satunya yang tahu insiden di saat itu”.
Sekarang giliran Byeong In yang terkejut, “jadi selama ini Anda mengetahuinya, tetapi tidak menjalankan apapun? Apakah cinta Anda kepadanya begitu dalam!” Sahut Byeong In dengan berkaca-kaca.
Mendengar kata cinta menghasilkan Ratu gugup, “aiss, jangan sebut cinta itu membuatku jijik” gumam Ratu, kemudian kabur.
Byeong In menemui Ibu Suri Agung. Byeong In menyampaikan terhadap Ibu Suri bahwa Raja yang kini tidak sama dengan Raja sebelumnya.
Di ruangannya, Hwa Jin menangis sebab teringat respon Raja.
(Raja tidak menyangkal atau mengiyakan perkataan Hwa Jin, Raja cuma menjawab bahwa beliau tidak sebaiknya jatuh cinta dengan Ratu, Hal tersebut yang menghasilkan Hwa Jin terluka).
Seorang pramusaji istana mendapatkan mayit di dalam sumur, mayit tersebut yaitu O Wol (pelayan eksklusif selir Hwa Jin yang dahulu diculik).
Hwa Jin yang melihatnya, cuma dapat menangis, pada di saat itu Ibu Suri Jo juga datang, Ibu Suri Jo menjajal menyemangati Hwa Jin.
(Kenapa Ibu Suri Jo mau tiba ke sana? Apa tujuannya?, Sebelumnya Ibu Suri Jo memang ada berdiskusi dengan seseorang untuk mencari mayit yang mirip, apakah ada kemungkinan itu rencana Ibu Suri Jo?).
Hwa Jin melepaskan rasa amarah dan kesedihannya dengan memanah, hingga tangannya terluka.
Ibu Suri Agung dengan terburu-buru menemui Raja.
Ibu Suri Agung menjajal mengingatkan Raja, “kamu sudah mengalami banyak hal, apakah kau lupa?, Jika kau menimba ilmu bersyukur atas situasimu dan tidak menjalankan apapun, maka kau dan siapa saja yang kau cintai akan aman. Bukankah itu baik, Yang Mulia?!”
“Iya, Yang Mulia” sahut Raja.
Raja berimajinasi buruk, beliau sedang dikendalikan menyerupai boneka dan semua menteri mentertawakannya. Raja pun terbangun, sebab ia tidak dapat tidur kembali, Raja menegaskan untuk mengisi waktunya dengan menulis.
Raja menulis semua perilaku dan bahasa asing Ratu, Raja memberi nama buku tersebut dengan nama ‘Kamus Ratu’. Diam-diam, Raja tersenyum di saat menulis.
Berkebalikan dengan mimpi Raja, Ratu sedang berimajinasi indah. Ratu berimajinasi sedang mandi bareng dengan beberapa selir.
Namun mimpi indah tersebut bermetamorfosis mimpi jelek sebab tiba-tiba Raja juga timbul di sana. “Kenapa kau dapat berada di sini!!” gumam Ratu di dalam mimpi.
