Drama Korea – Sinopsis Live On Episode 2, Daftar lengkap selengkapnya di goresan pena yang ini. Sedangkan untuk Episode sebelumnya baca di sini.
Ketika penyiaran sedang berlangsung, secara terburu-buru Horang masuk ke ruang penyiaran dan mengambil alih mikrofon kemudian menyampaikan sesuatu dengan lantang.
“Kau niscaya mendengarnya, bukan? Bahwa Aku tak takut sama sekali perihal apa yang Kamu laksanakan ini. Silahkan pribadi tiba padaku dan katakan di depanku ketimbang melantur dari keyboard.”
Setelah berkata menyerupai itu semua orang yang ada didalam terbengong, galau dan heran.
Euntaek dimarahi guru, sehabis insiden tersebut, saya sungguh terkejut di saat mendengarnya.Ini salah satu leluconmu, begitukah. Jawab aku, brandal. Mengagumkan, teruslah melakukan pekerjaan lebih keras untuk sekolah kita, Sekolah Menengan Atas Seoyeon, mengerti. Kau tahu sebesar apa dilema yang kamu timbulkan, beraninya kamu menilai ini lelucon. Kau tidak pernah mengakibatkan masalah, apa yang terjadi kekacauan ini cukup besar. Karena ini sudah terjadi, minimalkan segmennya dan delegasikan lebih banyak terhadap orang lain, pikirkanlah.
Jadi, kamu menentukan dongeng payah ini. Minta maaf dahulu, kamu mengakibatkan dilema bagi semua orang. Baiklah, maafkan aku. Sekarang, jawab aku, semua dongeng sampah yang kamu baca, kamu yang memilihnya. Ya. Aku yang memilihnya. Selera yang payah. Sohyun, jikalau ini yang mau kamu lakukan. Rupanya kamu sungguh menyembunyikan sesuatu, apa yang membuatmu sungguh ketakutan, mau kuberi tahu. Selama bertahun-tahun, kau, seblum mengakhiri ucapannya Euntaek datang. Dan memerintahkan Sohyun untuk keluar.
Kau meremehkan aktivitas kami di sini. Ya, kelihatannya begitu. Kau tidak tahu perihal perangaiku, kamu tahu. Kau merekrutku sebab ingin klubmu mendapat perhatian. Kenapa, kini saya tidak berkhasiat bagi klubmu kalau begitu dan lupakan saja. Kau meremehkan urusan semua orang, kamu pikir cuma urusanmu yang penting, bukan. Aku tidak tahu setenar apa dirimu untuk asal mengamuk di sini. Tapi tahukah kau, tidak akan ada yang menemanimu. Kau pikir orang memperhatikanmu sebab siapa dirimu, bukan, jangan menipu diri sendiri. Orang cuma butuh seseorang untuk memusatkan perhatian mereka. Kebetulan saja mereka memperhatikanmu. Kau pikir orang akan terus menemanimu di saat kamu tidak lagi menarik. Sadarlah, jikalau terus begini kamu akan sendirian selamanya.
Itulah yang ingin kukatakan kepadamu, kamu niscaya merasa selaku murid pola jikalau bersikap handal dan penting, tidak akan ada yang menemanimu dan membusuklah seumur hidupmu di wilayah menyeramkan ini, tidak akan ada yang memperhatikanmu. Pergilah, kamu tidak lagi diperlukan di sini, ucap Euntaek kemudia Horang keluar dengan membanting pintu dengan keras.
Baek Horang luar biasa, bagaimana ia sanggup berbuat onar di permulaan semester. Siapa. Horang. Woojae menawan Jaeyi sebab didepannya ada air dan menyuruhnya hati-hati. Mau pergi ke Sungai Han sehabis tes, ada sesuatu yang ingin kucoba, saya ingin rakit tenda di Sungai Han dan makan ramyeon. Sungai Han. Ya, bahwasanya apakah mesti kita berguru di sana saja, bagaimana kita sanggup bawa matras.
Mungkin cuek jikalau kita terlalu usang di sana. Jika dingin, kita sanggup menenteng jaket hangat. Kalau begitu, saya akan mencari tahu. Baiklah. Ayo beli permen kenyal dalam perjalanan pulang, saya mengunduh drama Amerika Netflix mudah-mudahan kita sanggup menonton tanpa internet, mari bergegas dan menontonnya. Maaf. Aku akan bermain sepak bola dengan teman-teman. Apa maksudmu, di saat bertelepon kemarin, kamu bilang mau menonton drama denganku siang ini. Ini planning pekan lalu. Seharusnya kamu memberitahuku di telepon kemarin. Baiklah, telepon saya nanti.
Tadi kamu hebat. Tutup mulutmu, situasi hatiku buruk. Kau masuk Tim Penyiaran sebab itu untuk memburu orang yang mengeksposmu. Skalamu sungguh bagu tunggu jikalau kamu mengakibatkan masalah, bukankah Sohyun akan menderita. Kau dihentikan mengusik Tim Penyiaran untuk keserakahanmu sendiri. Yushin mulutmu pernah ditampar, jangan pernah lagi membicarakan Tim Penyiaran di depanku, sebab saya berhenti. Yushin kaget, tanpa sengaja semua siswa yang ada dikelas menyaksikan kearahnya. Terima kasih kawan, ini kado untukku dari langit. Tapi kenapa kamu bergabung jikalau hendak berhenti, kamu juga tidak pernah terpesona pada hal menyerupai itu. Ada sesuatu yang ingin kucari, namun tidak perlu lagi.
Horang dan Yushin sedang menanti bus dihalte bus. Yushin mengajukan pertanyaan terhadap Horang Kenapa kamu senantiasa naik bus padahal uangmu banyak. bagaimana sanggup saya bersekolah saban hari naik taksi. Kenapa tidak, kamu senantiasa berbelanja lilin mahal. Horang, lihatlah ini kamu tahu YouTuber Melonie, gadis yang dituduh merundung, lelu menampilkan ponselnya terhadap Horang. Ketika busnya tiba Yushin secepatnya menaikinya, meninggalka Horang sendiri dihalte bus tersebut.
Ketika berjalan Horang bersimpangan dengan Euntaek. Horang mengundang Euntak, menanyakan apakah ada waktu. Maaf, saya minta maaf. Semarah apa pun, semestinya saya tidak melaksanakan itu. Selain itu, saya sama sekali tidak terluka dengan perkataan kasarmu, saya sama sekali tidak terganggu. Aku tidak pernah mengajukan pertanyaan apa kamu baik-baik saja. Benar juga, kukira kamu akan merasa bersalah. Sama sekali tidak.
Aku masih teringat perbuatanmu dan itu membuatku kesal setiap jam. Baiklah, saya salah jadi, bisakah kau. Ya, kamu salah, memang benar saya salah, namun bagaimana denganmu, kamu mungkin juga tidak bersikap benar. Lihat. Kau sama sekali tidak menyesal, sudah jelas. Tidak. Aku merasa tidak enak, sungguh namun kenapa kamu yang bicara bergairah kepadaku, namun saya yang minta maaf lebih dahulu. Kau ingin bicara sebab ini. Memang benar, orang yang kesal setiap jam yakni aku, bukan kau. Aku akan pergi. Baiklah, pergilah saya juga akan pergi.
Kenapa kamu ingin bermain gim hari ini, kamu bahkan menulis di jadwalmu di saat pergi ke warnet. Aku menulisnya, waktuku 37 menit lagi. Apa sebab dia, kecelakaan penyiaran. Ya, kami berantem lagi hari ini. Kudengar kondisi menjadi lebih baik Jaeyi bilang, laman ratifikasi Sekolah Menengan Atas Seoyeon juga kacau. Laman, kemudian Euntaek mengecek laman Sekolah Menengan Atas Seoyeon.
“Ulah Baek Horang dari Kelas 11-1. Dia senantiasa berbuat semaunya.”
“Kini Baek Horang senantiasa di kelasnya.”
“Dia niscaya dipecat sehabis kecelakaan penyiaran itu.”
Setelah menyaksikan lamannya, kemudian mengajukan pertanyaan siapa bahwasanya Horang. Tiba-tiba Yushin tiba dan berkata kalau saya teman dekat Horang. Kalian juga memainkan gim ini, mari membentuk satu tim. Apa ID kalian, beri tahu saya akan kuberi tahu ID-ku. Tunggu, sepakat selesai berikan kibormu juga. Selesai. Mari mulai, cepatlah bergabung dalam permainan. Lalu Woojae dan Euntaek kembali memakai Earphonenya dan kembali bermain.
Horang dan Jaeyi satu kelompok. Siapa yang sanggup menghasilkan salindra presentasi, tanyanya namun tidak ada yang menjawab, mereka semua sibuk sendiri. Siapa yang mau melaksanakan penelitian. Berikan kepadaku. Ada apa. Kita mesti mencari tahu apa. Biar saya saja, ucap Jaeyi kemudian mengambil kertas tersebut.
Telepon saya ASAP, apa artinya ini. Apa tujuannya menelepon seseorang dengan asap. Apa ini, apa itu masuk akal, Artinya, “Panggil saya Asap.” Kalau begitu baiklah, kamu bergairah sekali. Aku apa, saya sudah kesal, namun kamu membuatku semakin kesal. Teman-teman, bukan asap, artinya “As soon as”. Hei. Kau sudah sungguh menyebalkan. Kau lebih menyebalkan.
Bu Guru! Aku dihentikan berganti grup. Sieun, kita berdua mesti melaksanakan observasi dahulu. Aku mesti ke pedesaan dengan ibuku final pekan ini, jikalau kamu laksanakan observasi dahulu, kemudian menunjukkannya padaku, saya akan. Hei, jangan curang. Apa maksudmu. Berani sekali kamu menjajal kabur. Kalau begitu, saya akan melaksanakan penelitian. Kalian sanggup buat salindra presentasi.
Akhirnya mereka berdua yang menghasilkan salindra peresentasi. Baiklah, saya sibuk jadi cepat selesaikan. Aku lebih sibuk darimu. Dia mengabaikan pesanku, ia mesti kirim bahan penelitiannya mudah-mudahan saya sanggup melakukan presentasi. Jelek sekali, ucap Jaeyi sambil menyaksikan penyajian milik Horang. Lebih baik dibandingkan dengan salindara penyajian Bonobono-mu. Apa maksudmu, hurufmu juga payah. Jika kamu punya waktu untuk melantur.
Siapa yang menelepon, apa yang ia lakukan. Lalu menjawab telponnya.
Do Woojae, Ya. Apa itu saja, di mana kau. Di warnet bareng Euntaek. Euntaek, kamu semestinya memberitahuku ke mana kamu pergi. Kau tidak pernah memberitahuku hal-hal menyerupai ini. Aku yang senantiasa mengajukan pertanyaan kepadamu. Terserah. Tutup teleponnya.
Setelah selesai berguru Euntaek dan Sohyun pergi keluar. Euntak menampilkan minuman terhadap Sohyun dan berkata, sudah selsai sehabis penyajian bahasa Inggris. Ya, kurasa begitu. Aku lebih senang melaksanakan tes. Aku juga. Bekerja dengan orang lebih sulit dibandingkan dengan belajar. Siapa anggota grupmu. Seo Yungi dan Lee Jitae. Begitu rupanya, mudah-mudahan berhasil.
Kau akan merekrut orang lain. Untuk apa. Untuk mengambil alih Horang. Seharusnya begitu bukan. Aku akan memasang pengumuman hari Senin. Dia memang menyerupai itu, ia tiba dan pergi kapan pun ia mau, jadi jangan hiraukan dia. Sepertinya kamu cukup mengenalnya. Aku sempat mengenalnya di saat SMP. Begitu rupanya.
Horang, rasanya jauh lebih yummy sebab kamu yang membayar, bagaimana kita sanggup berjumpa begitu saja. Benar, ajaib rasanya kamu ada di samping rumahku yang berseberangan dengan rumahmu. Yushin, saya mesti berjumpa denganmu bahkan di final pekan. Lagi pula, kamu kesepian sebab tidak mempunyai teman, kamu juga dikeluarkan dari Tim Penyiaran. Kata siapa saya dipecat, saya tidak dipecat, namun berhenti sendiri. Euntaek tidak memecatmu. Tidak
Kenapa kamu bicara seolah kenal baik dengan Euntaek. Aku berteman baik dengannya, kami bahkan pernah ke warnet bersama. Terserah, habiskan, kemudian pergilah. Aku sedang sibuk, mesti beli banyak barang. Benarkah, saya akan ikut.
Setelah berbelanja Horang memerintahkan Yushin pulang lebih dulu. Horang pulang dengan berjalan kaki, tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang. Ketika berbalik, ternyata Euntaek yang menabraknya dan mengajukan pertanyaan kenapa kamu di sini. Aku dalam perjalanan pulang. Begitu rupanya, saya juga akan pulang. Apa, kamu tinggal di Mirae. Ya. Begitu rupanya. Jangan berjalan di belakangku. Itu menggangguku. Berjalanlah di depanku.
Horang, mari bicara. Tentang apa. Aku cuma berpikir menjalani hidup menyerupai itu niscaya sulit bagimu. Kau mau berantem denganku. Aku tak mau berkelahi, saya serius. Aku menyelediki akunmu, saya menyadarinya sehabis memeriksanya dan saya memahami kenapa kamu sungguh marah. Apa yang kamu baca di akunku hingga kamu menyerupai ini. Tapi saya tidak membenarkan dilema yang kamu timbulkan, kamu jelas-jelas salah soal itu. Karena itu saya meminta maaf kepadamu, kubilang saya minta maaf. Itu bukan ajakan maaf, namun kamu ingin berantem denganku. Aku minta maaf atas ucapanku, saya tidak tahu maafkan aku. Baiklah, kamu asal bicara padahal tidak tahu apa yang kualami. Kau terluka. Terluka, tidak mungkin ucapanmu bahkan tidak menggangguku. Ada banyak orang yang ingin menyakitiku.
Mulai hari ini, kita mesti periksa bunyi untuk CSAT, Huisu, Euna. Kalian bertugas. Euntaek, kalau begitu, kita akan punya pembaca pemberitahuan baru, apakah mesti saya menulis sesuatu di Face. Soal itu, tiba-tiba pintunya terbuka kemudian Horang datang, Kau telat delapan menit. Aku tahu. Bereskan sehabis rapat. Baiklah.
Kau tidak pergi, tanya Sohyun. Pergilah lebih dahulu, saya mesti bicara dengan Horang. Begitu rupanya, sepakat hingga nanti. Apa yang ingin kamu bicarakan, soal bersih-bersih. Euntaek meberikan kertas terhadap Horang. Apa ini. Akun Tim Penyiaran, laksanakan dengan baik. Baiklah.
Hampir lupa, Jangan lupa utangmu kepadaku kemarin. Baiklah. Aku ingin kamu memperbaikinya. Baiklah. Ayo. Pergilah dahulu. Kenapa, Apa rencanamu. Aku ingin istirahat sebelum kembali ke kelasku. Tentu, jangan telat nanti. Baiklah.
Horang masuk ke akun yang diberikan Euntaek, kemudian mebbuka kotak pesan milik Har Ley. Horang membuka Teman Har Ley, dan menyaksikan akun Ji Sohyun. Setelah itu Horang mengingat insiden 2 tahun yang lalu.
Ketika Euntaek da Woojae berjalan, ia berjumpa dengan Woosol. Do Woojae, beri saya 2.000 won. Aku tidak punya. Kau punya, saya melihatnya. Tidak punya. Aku melihatmu. Kubilang tidak. Aku melihatmu punya. Ini, cuma ada 1.000 won. Astaga Euntaek, terima kasih. Jangan, ia tidak akan membayarmu. Aku akan mengembalikan uangmu. Baiklah.
Benar juga, kamu sudah menelepon Jaeyi. Jangan ikut campur, saya akan mengurusnya. Apa maksudmu. sudah terperinci apa yang kamu lakukan, mungkin kamu bungkam dan bilang ya atau tidak. Jaeyi senantiasa kesusahan menjalani korelasi sepihak. Pergilah. Cepat pergi. Aku memang hendak pergi, dengarkan perkataanku atau kamu akan menyesal. Sampai jumpa lagi, Euntaek. Sampai jumpa.
Aku sepakat dengan Woosol. Kau juga. Kang Jaeyi sungguh unik. Dia tipe orang yang bicara blak-blakan ia akan frustrasi jikalau kamu tidak bicara dengannya. Marahlah dan katakan hal-hal yang tidak kamu sukai.
Semua murid berkumpul didalam aula sekolahan untuk olahraga.
Hentikan, seluruhnya berkumpul. Pak Han sedang sakit hari ini, Kaprikornus Kelas 1 dan Kelas 3 akan mengadakan kelas gabungan. Kalian semestinya bersiap untuk tes, namun tidak bisa. Mari bermain dodgeball di antara dua kelas. Minta satu orang dari setiap kelas untuk maju.
Mereka saling melepar bolanya, di saat Euntaek mendapat bolanya dan hendak melemparkaknnya ke arah Horang, ia urungkan dan melemparnya kesamping. Horang melempar bolanya ke Sohyun dan ia keluar. Kemudian Horang terkena bolan dari arah belakang balasannya ia keluar. Permainan kembali dilanjutkan, dan Woojae mendapat bolanya melemparkan kearah lawannya dan terkena balasannya keluar. Kini tiggal Woojae dan Jaeyi. Jaeyi melemparnya karah Woojae, permainan pun berakhir.
Do Woojae Kenapa kamu tidak menyingkir dari bola. Aku ingin selesai dengan cepat. Berhentilah berbohong, siapa saja sanggup menyaksikan kamu marah. Kenapa kamu bilang begitu. Bagaimana dengan kemarin, kenapa kamu tidak meneleponku. Aku belajar. Kau bersikap menyerupai ini hingga akhir, apa cuma kamu yang kesal, saya juga kesal. Kenapa mesti saya yang mempertahankanmu dan memancingmu mudah-mudahan bicara.
Jaeyi, tidak menelepon selama satu hari tidak perlu hingga semarah ini. Aku bersikap menyerupai ini bukan sebab kamu tidak menelepon. Orang lain lazimnya berbincang-bincang setiap hari, cuma saja kamu tidak begitu. Baiklah, maafkan aku. Do Woojae, saya berpacaran denganmu selama dua tahun, namun ada saatnya saya tidak tahu pikiranmu. Aku serasa menjalani korelasi sepihak, lupakan saja. Hanya saya yang menderita jikalau murka menyerupai ini.
Baek Horang, masuklah bersamanya dan amati dia. Tidak. Ini bahkan bukan siaran makan siang. Bawa naskah di meja. Astaga. Lalu Hoarng masuk kedalam ruang penyiaran. Kau cukup membaca apa yang tertulis. Setelah selesai membaca, matikan mikrofonnya mudah-mudahan suaramu tidak keluar. Lalu, berikan tanda itu pada Euntaek. Dan, fokuslah. Jangan menyulitkan orang lain sebab kesalahanmu.
“Boleh minta perhatiannya, siaran pendidikan pencegahan kekerasan di sekolah akan secepatnya dimulai. Nyalakan televisi di kelas kalian dan tunggu. Aku ulangi. Langkah pertama dalam menangkal kekerasan di sekolah yakni menawan perhatian.Jika menjadi korban kekerasan atau pernah menyaksikan itu terjadi, kamu mesti meminta derma guru atau orang tuamu. Jika menyembunyikan fakta ini sebab takut, kamu tidak sanggup menolong siapa pun. Jika kamu membisu saja, tidak akan ada yang tahu. Keberanian untuk memberitahu orang di sekitarmu. Keberanian untuk tidak cuma melihat, itulah kuncinya. Karena itu, untuk menangkal perundungan, perbincangan terus-menerus dengan temanmu diinginkan serta penyelesaian yang sempurna untuk mengakhiri masalah. Siapa pun sanggup menjadi pelaku dan korban.”
Apa itu tadi, ada apa dengan Sohyun. Melatihmu. Latihan, apa itu perlu. Kau tahu tugasmu selaku pembaca berita. Aku cuma perlu membaca apa pun yang tertulis di naskah. Belajarlah dengan baik dari Sohyun besok, kamu akan secepatnya siaran sendiri. Kau sanggup melatihku, saya tidak mau bicara dengan Sohyun. Tim ini bukan lelucon. Jangan bertindak semaumu, kenapa ia tidak keberatan melatihmu. Kau keberatan. Dia membicarakanku. Dia cuma bilang mengenalmu sejak SMP. Terserah, kamu mesti melatihku, mengerti. Aku akan memikirkannya. Aku tidak akan melakukannya jikalau kamu tidak melatihku. Kau boleh pergi. Aku serius. Baiklah. Kubilang saya akan memikirkannya. Kau tidak pulang. Aku akan melakukan ini dahulu. Baiklah.
Kenapa kamu menenteng ini. Agar kamu melihatnya. Aku tidak akan lupa. Aku cuma bercanda. Aku akan membelinya nanti, kalau begitu kita sanggup pergi bersama. Ke mana, ke toko piringan hitam. Ya. Jika saya membiarkanmu, cuma itu yang ingin kamu bicarakan, saya tidak mau mendengarnya, ayo pergi sekarang, biar kubelikan. Tunggu apa lagi, Ayo.
Kau yang memindahkan ranselku. Woojae mengangguk. Kenapa. Karena saya ingin kamu duduk di sampingku. Kenapa kamu marah. Bukan begitu saya cuma lelah, maafkan aku. Kau sakit. Jaeyi, mau menonton film malam denganku nanti. Kenapa tidak, kamu pernah menonton Hero, saya ingin menontonnya, namun belum sempat. Dengan siapa lagi saya akan menontonnya. Aku juga ingin menonton The Reporter. Mari kita tonton itu besok.
Setelah mendapat piringan hitan yang dicari. Euntaek memerintahkan Horang menyimak lagu dari piringan hitam, kemudian mereka menyimak lagu bersama-sama.
Bagaimana menurutmu, bagus bukan. Kau sanggup mendapatkan lagunya di internet, kenapa tiba jauh-jauh kemari untuk berbelanja ini. Rasanya menyenangkan, memesan, menunggu, dan tiba ke sini untuk mengambilnya. Aku sungguh tidak mengerti.
Euntaek dan Horang keluar dari took tersebut. Euntaek menampilkan piringan hitam terhadap Horang. Untukku, saya tidak mempunyai pemutar piringan hitam. Aku tahu kamu suka hal-hal yang terlihat mewah, sebab ini cantik, letakkan di kamarmu. Baiklah.
Euntaek mendapat pesan dari ayahnya,
“Aku akan pulang sekarang. Kapan kamu pulang”
Horang. Ya. Karena kamu kubelikan piringan hitam. Sudah kuduga, sebab inilah saya akan membayar. Makanlah denganku, kamu sanggup mengeluarkan duit makanannya.
Apa ini cukup untuk makan. Terlalu menyibukkan untuk pergi jauh. Kita sanggup memesan makanan. Jika kamu merasa bersalah, belikan saya masakan yummy lain kali. Apa maksudmu, sekali saja cukup. Apa ada masalah. Tidak. Kenapa kamu terus menyelediki arlojimu. Aku mesti pulang sebelum pukul 23.00. Kenapa. Itu hukum yang kutetapkan sendiri.
Lantas kenapa, ini yang kusadari tentangmu di saat kali pertama bertemu, kenapa kamu terobsesi dengan waktu, kamu menertibkan jadwalmu menurut menit, kamu menjajal menjadi perfeksionis. Tidak. Hidupmu juga sulit. Aku ingin menepatinya. Apa. Janji, saya benci orang yang tidak menepati kesepakatan dan membohongiku. Mereka mungkin tidak menyadarinya, namun ingkar kesepakatan dan kebohongan sanggup melukai orang lain. Kurasa tidak ada yang kamu sembunyikan. Bukan begitu.
Benar juga. Omong-omong, kamu mesti jaga stan selama festival. Apa, kenapa saya mesti melaksanakan itu, saya tidak mau. Hei, saya merekrutmu untuk melaksanakan itu. Apa maksudmu, kamu keterlaluan, saya akan melaksanakan hal lain dan itu merepotkan. Aku sudah memutuskan, tidak sanggup diubah. Kubilang saya tidak mau dan kamu boleh minum semuanya. Minumlah. Tidak, saya juga tidak akan menjaga stan.
Horang sedang menyaksikan pesan yang ia kirim terhadap pemilik akun Har Ley, pemilik akun tersebut membalas pesannya.
“Halo”
“Hai, Baek Horang”
Horang menyaksikan Sohyun berjalan sambil memainkan ponselnya, kemudian memanggilnya. Ji Sohyun, bukan ulahmu, bukan. Apa maksudmu. Benarkah itu ulahmu?
BERSAMBUNG……
Sampai berjumpa lagi di Live On Eps 3 dan jangan pernah bosen untuk membaca didrama yang saya tulis, salam A2One