Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 1 Part 1, Baca daftar selengkapnya di goresan pena yang ini.
Pi Young berlangsung dengan percaya diri dan menyapa U-ri. Dia suka komentarnya kemarin. Uri berterima kasih. Ia juga suka siarannya. Dan mengajaknya makan bareng lain kali. Pi Young mengiyakan dan nanti menelponnya.
Mendadak langkahnya terhenti. Ia membaca pesan di ponselnya dan di seketika senyumnya hilang.
CINTA, KENANGAN, DAN MUSIK
BOO HYE-RYUNG
Di lokasi syuting suatu grup band sedang latihan. Hye Ryeong berlangsung sambil menari mengikuti ketukan drum.
Dia tersenyum ingat di saat setelah menikah sama Sa Hyun. Sa Hyun menggendongnya dan membawanya ke kawasan yang ia arahkan. Tempat tidur. Belok kanan. Ke kanan. Lurus.
Sa Hyun menanyakan apa Hye Ryeong puas dengan kecepatannya? Lumayan. Jawab Hye Ryeong. Ia menanyakan kalo ia berat kan? Sa Hyun membantah. Sama sekali enggak. Ia kemudian menaruh Hye Ryeong di kasur.
Hye Ryeong nggak terima. Lantas, kenapa melemparku? Sa Hyun membantah. Aku nggak melemparmu. Ia mendekat dan mencium Hye Ryeong kemudian melompat ke sebelahnya.
Mereka tertawa. Ia memuji Sa Hyun yang sudah bersusah payah untuk ijab kabul mereka. Sa Hyun membenarkan.
Ia berdiri dan bilang, alasannya itu, ia nggak akan menikah dua kali. Bukan, ia tak bisa. Ia menanyakan apa Hye Ryeong tahu kapan ia jatuh cinta padanya?
Hye Ryeong pikir alasannya Sa Hyun suka di saat saat ia siaran. Sa Hyun membantahnya. Sebenarnya… . Hye Ryeong mendesaknya untuk mengatakannya.
Sa Hyun mengungkit konferensi pertama mereka di ruang latihan Jong-su. Hye Ryeong bertanya-tanya baju apa yang ia pakai di saat itu? Mereka bahkan nggak saling menyapa. Sa Hyun mengingatkan kalo Hye Ryeong pakai celana longgar, namun penampilannya luar biasa. Pakai celana longgar…tentu ia pernah lihat perempuan membuka kaki. Tapi Hye Ryeong bermain drum dengan pose menyerupai itu, menjadikannya terpana. Benar-benar mempesona.
Sa Hyun seakan kembali ke di saat itu dan menyaksikan Hye Ryeong bermain drum. Ia nampak menikmatinya. Sa Hyun sendiri memperhatikannya dari pintu. Perlahan ia mendekat.
Sa Hyun mengaku garang setiap kali mengingatnya. Hye Ryeong tersenyum dan mencubit pipinya. Astaga. Sa Hyun kemudian menanyakan apa cita-cita Hye Ryeong dari suaminya ini?
“Jangan berubah.”
Sa Hyun mengiyakan dan nyuruh Hye Ryeong untuk menanyakan ia juga. Hye Ryeong menurut. Apa yang Sa Hyun kehendaki darinya?
“Bisakah kau berpakaian dan bermain drum menyerupai itu pada ulang tahunku ke-60?”
Hye Ryeong pikir kalau Sa Hyun berusia 60 tahun, maka ia berumur 62 tahun. Apakah keren nenek-nenek tampil menyerupai itu? Sa Hyun percaya kalo Hye Ryeong niscaya keren. Ia nggak menua meski berusia 100 tahun. Tahu kenapa?
“Kenapa?”
“Karena saya nggak akan menua. Wanita tidak menua selama ada lelaki yang mengasihi mereka.”
Hye Ryeong nggak percaya. Tahu dari mana? Sa Hyun nyuruh Hye Ryeong untuk menyaksikan ibunya. Hye Ryeong protes. Tapi kenapa ibunya menua? Sa Hyun pikir alasannya Ayahnya agak kurang mencintainya. Hye Ryeong tertawa. Awas saja kalau kau bohong.
Sa Hyun mengiyakan kemudian mencium istrinya.
Hye Ryeong tertawa ingat itu. Ia kemudian membuka naskah di depannya.
Seorang perempuan mempersilakan beberapa orang untuk masuk ke lokasi syuting dan duduk di dingklik yang sudah disediakan.
Pi Young gres aja turun dari lift. Ia nampak kesal. Sada orang menanyakan siapa bintang tamu hari ini?
“Aku memanggil grup band berjulukan April Second. Band baru.”
Pria itu menanyakan siapa penggemarnya? Pi Young nggak ngeh. Apa? Pria itu memperjelas antara produser, DJ, dan penulis. Pi Young mengaku menjajal menghangatkan suasana. Dan lagi responsnya juga baik.
Shi Eun sedang menulis. Ia nampak sungguh serius. Pi Young dan lelaki tadi masuk. Ia mengetuk komputer Shi Eun kemudian melepas mantelnya. Shi Eun mengonfirmasi kalo ia nggaak boleh merubah lagunya, ‘kan? Pi Young melarang alasannya lagu dan ceritanya sudah cocok.
Ponsel Pi Young bunyi dan ia menjawabnya.
Hye Ryeong berdiri dan sambil senyum minta penonton untuk bertepuk tangan yang meriah.
Seorang ibu yang duduk di sebelah seorang gadis merasa kalo Hye Ryeong sungguh cantik. Hye Ryeong tersenyum dan berterima kasih. Ia pikir perempuan itu bibi dari gadis itu namun ternyata ia ibunya. Astaga, Hye Ryeong merasa kalo ia terlihat muda.
Jagga-nim memanggil Pak Yoon Cheol-wan dan menginformasikan cara memegang mic di saat ia mengajukan pertanyaan nanti. Yoon Cheol dan mengiyakan dan menerima mic-nya. Jagga-nim kemudian memanggil Nona Joo Mi-hye? Ternyata temanku yang mau bertanya. Jagga-nim ngasih tahu kalo nanti ia bisa bicara selama tiga menit. Wanita itu bingung. Tiga menit? Bagaimana menghitungnya? Jagga-nim menginformasikan kalo tiga menit cukup untuk intinya. Keduanya paham. Keduanya kesudahannya mengerti.
Wanita di belakang secara tiba-tiba mengangkat tangannya dan menanyakan apakah boleh satu pertanyaan lagi? Jagga-nim mengiyakan.
“Apa yang kau senangi dari suamiku? Wajah, kepribadian, atau uangnya? Suamiku, Park Jae-hun.”
Semua orang kaget. Wanita itu mendesak Jagga-nim untuk menjawabnya. Ia niscaya punya argumentasi untuk memacari lelaki beristri. Ia punya abang lelaki dan orang tuamu masih ada. Apa orang tuanya tahu kalo putri bungsunya memacari suami orang? Bukan sekadar makan atau berbincang-bincang bersama.mereka gres pergi berlibur ke Singapura, ‘kan? Itu sudah bukan berpacaran lagi, namun perselingkuhan. Apa definisi perselingkuhan? Ia niscaya tahu alasannya ia lulusan Sastra Korea dan seorang penulis. Kenapa membisu saja?
Semua orang nggak percaya dengarnya. Hye Ryeong berdiri dan mendekat. Wanita itu melanjutkan; Begitukah orang tuanya mengajarinya? Untuk menjadi perusak rumah tangga dengan merayu pria?
Jagganim membantah.
Hye Ryeong menginformasikan perempuan itu mudah-mudahan ia bisa bicara setelah siaran. Tapi perempuan itu tetap nggak mau berhenti.
“Siapa yang mengajarimu?”
“Aku mencar ilmu dari cinta.”
Wanita itu merasa nggak habis pikir. Cinta? Cinta, katamu? Hye Ryeong minta Jagganim untuk keluar. Wanita itu ngasih tahu sekua orang kalo penulis ini…berpacaran belakang layar dengan suaminya dan menanyakan pertimbangan Hye Ryeong. Ia dengar Hye Ryeong sudah menikah. Bagaimana jikalau Hye Ryeong berada di posisinya?
Hye Ryeong mengaku mengetahui situasinya, tapi… . Wanita itu memotong. Ia mengaku mendaftar alasannya ingin tahu. Ia memperhatikan busana Jagganim. Benar-benar atraktif.
Pi Young memotong. Maaf, tapi…
Seorang penonton lelaki berpikir kalo bukan cuma perempuan yang salah. Ia nyuruh perempuan itu untuk minta klarifikasi dahulu dari suaminya.
Gadis di sebelahnya memprotes ke lelaki itu. Apakah boleh berpacaran dengan lelaki beristri? Jangan mengambil jalan yang salah. Pria itu memperingatkan gadis itu kalo ia nggak tahu apa pun soal pria. Gadis itu membenarkan kalo ia nggak tahu, namun mengetahui bagaimana ayah mesti bersikap. Ia menginformasikan kalo ayahku juga…pergi alasannya perempuan menyerupai itu.
Shi Eun memperingatkan kalo sepuluh menit lagi siaran akan dimulai. Ia meminta tolong mudah-mudahan perempuan itu keluar… . Wanita itu mengaku sudah selesai dan mempersilakan mudah-mudahan program dimulai. Shi Eun menawan jagganim dan lainnya pun kembali ke posisi masing-masing.
Lah perempuan itu mulai lagi. Apel curian memang enak, namun semestinya kau meminta maaf. Kamu nggak ada bedanya dengan babi dan binatang buas. Jika kau nggak berhenti, maka akan kubuat keluargamu malu, Lee Yeon-hui.
Jagganim meradang dan kembali lagi. Kudengar, sebelum menikah, kau berpacaran dengan tiga lelaki sekaligus, Bu Park. Pertama, kau berpacaran dengan temanmu.Tidur bareng setelah minum-minum. Kamu bahkan bermaksud hamil dengannya. Kamu mencuri pacar sahabatmu. Lantas, apa bedanya? Dia nggak bisa memintamu aborsi. Dia ingin bertanggung jawab, jadi, ia menikahimu. Dia nggak mencintaimu. Kamu belum bangun di saat ia berangkat kerja. Kamu cuma sekali buatkan ia sarapan di saat ada orang tuanya dan cuma telur goreng dan sereal. Kamar-kamarmu sarat barang mahal. Anggota VIP mal Cheongdam, Apgujeong… .
Wanita itu memangkas dan menginformasikan kalo ia juga berbelanja barang glamor untuk dirinya.
Jagganim menginformasikan kalo alasannya itu ia menyukainya. Aku bagus meski pakai celana jin dan sweter usang. Aku yang tak paham mode, miskin, dan kampungan ini, menghasilkan perasaannya tak keruan. Aku berupaya mengabaikannya, namun itu tak mudah. Aku juga begitu. Sebenarnya…aku juga gelisah. Aku sungguh menderita dan tersiksa. Tapi kini enggak. Tentu, saya tahu ini perselingkuhan. Tapi saya nggak peduli lagi. Akan kulakukan menyerupai keinginannya. Aku sudah menolak meski ia akan memilihku setelah melepas semuanya. Aku tanya satu hal. Kamu mau apa? Apa kau akan bercerai darinya?
Wanita itu turun dari kawasan duduknya.
Jagganim mengajukan pertanyaan apa ayahmu, administrator Hanyang Dairy, dan ibumu, seorang profesor musik, mengajarimu itu? Memacari banyak lelaki menyerupai menegaskan barang, kemudian menikah dengan yang terkaya?
Wanita itu mengangkat tangannya dan mau menampat Jagganim namun Jagganim menangkap tangannya dan menahannya. Ia mengambil ponselnya dan memberikannya pada Pi Young mudah-mudahan direkam.
Jagganim melepaskan tangan perempuan itu dan menantangnya untuk menamparnya. Aku tahu saya bersalah. Aku berdosa. Tapi nggak semestinya melibatkan orang tua.
Shi Eun dan Hye Ryeong menawan Jagganim dari sana. Maafkan aku. Dia nangis.
Pi Young berupaya untuk nengembalikan suasana dengan menanyai penonton. Kalian dari mana?
“Gwangju.”
“Provinsi Gyeonggi?”
“Bukan, Provinsi Jeolla.”
Kalian tiba hari ini? Ya. Hanya untuk menonton siaran kami? Benar, saya mengikuti temanku.
Wanita itu kesal dan kesudahannya pergi. Di pintu ia berpapasan sama Hye Ryeong yang gres kembali ke studio. Pi Young menyuruhnya untuk kembali ke posisi. Ia meminta maaf untuk hari ini pada semua penonton. Ia memohon pada mereka untuk tertawa dan bertepuk tangan dengan meriah.
Ibu Pi Young sedang berada di suatu rumah. Sepertinya rumah itu lama nggak ditempati. Ia yang menyadari sudah waktunya menyalakan radio.
Terdengarlah bunyi Hye Ryeong. Aku tak tahu Woo Jin-ju sudah bangun atau belum. Hari ini kami mengundang
band April Second. Aku dan pendengar di rumah nggak sabar untuk menikmatinya. Terima kasih. Aku akan menyelesaikan siaran kami dengan lagu terakhir. Bersama Produser Sa Pi-young, Teknisi Seo Ban, dan aku, Boo Hye-ryung.
Ibu nangis sambil megangin dadanya. Nyesek banget kayaknya.
Shi Eun berada di suatu kafe dan memesan Amerikano dingin. Pi Young sama Hye Ryeong heran. Nggak biasanya. Shi Eun mengaku nggak bisa minum panas. Manusia nggak bisa dilihat dari luarnya. Padahal ia terlihat polos.
Pi Young pikir justru alasannya polos, kesudahannya terlibat dengan lelaki beristri. Berapa usia lelaki itu? Shi Eun nggak ingin tahu. Pi Young malah menyuruhnya untuk cepat mencari tahu. Ia dengar Bo-gyeong masuk siaran pagi ini.
Shi Eun ingin lakukannya sendiri saja. Bo-gyeong dan Min-gyeong akan bertukar peran. Pi Young pikir terakhir ia tanya, ia bilang tidak memiliki pacar. Shi Eun pikir Pi Young niscaya tanya terus kalau ia jawab punya. Pi Young mengeluhkan bisa gawat kalau ada duduk permasalahan di saat siaran. Shi Eun rasa kalo nggak menutup pintu setelah ia pergi, mungkin saja ia memaksa masuk
dan buat keributan.
Pi Young rasa kabar ini akan tersebar,
jadi, ia beri tahu administrator sendiri. Shi Eun menanyakan apa katanya?
“Dia bersyukur.”
Ia pikir mereka nggak bisa memecatnya sepihak. Shi Eun mengungkit kalo ia dipermalukan dan mengacaukan program kita. Bagaimana ia bisa bertahan? Shi Eun memijat pergelangan tangannya yang tertempel koyo.
Hye Ryeong merasa mesti sungguh-sungguh menganalisa kisah mereka. Shi Eun menginformasikan kalo ia sudah membacanya lagi dan nggak masalah. Pi Young pikir ia punya kesanggupan menulis. Seperti sungguhan.
Shi Eun membenarkan. Hye Ryeong curiga mungkin saja mengopi dari siaran lain. Apa mungkin CEO perusahaan kecil? Mungkinkah Lee Yeon-hui menjadi istri lelaki kaya?
Itu juga maksud Shi eun. Pria nggak semudah itu bercerai. Terutama jikalau mereka punya anak. Pi Young menambahkan. Seperti suaminya yang nggak bisa hidup tanpa Ji-a. Pria memprioritaskan anak ketimbang wanita. Sangat mementingkan keturunan.
Shi Eun percaya banget kalo ia bukan perempuan yang mau meminta cerai. Bahkan mungkin kini ia lebih nggak mau cerai. Tapi memang lelaki lebih sering ketahuan. Mereka terlalu sederhana.
Hye Ryeong meledek Shi Eun. Itu bukan pengalamanmu, ‘kan? Shi Eun menginformasikan kalo suaminya nggak bisa berselingkuh alasannya seorang dosen. Pi Young meragukannya. Menurutnya dosen juga lelaki yang dapat berselingkuh. Tapi suamimu seorang akademisi sejati.
Shi Eun menginformasikan kalo ia cuma tahu wacana kampus. Bahkan nggak suka golf yang disenangi para pria. Hye Ryeong pikir itu bagus. Kaprikornus ia nggak mencampakkan uang. Pi Young menyarankan mudah-mudahan Shi Eun memperhatikan saja dirinya. Perhatikan penampilanmu. Shi Eun rasa itu normal? Semua penulis menyerupai ini.
Hye Ryeong rasa nggak ada salahnya perempuan berganti dan menyuruhnya untuk menjajal sesekali. Shi Eun enggan. Coba saja kalian seusiaku.
Pi Young rasa Shi Eun juga sama saja di saat seusianya. Shi Eun menyerupai merasa nggak nyaman. Kalian punya asisten rumah tangga, namun saya punya dua anak.
Hye Ryeong bingung. Mereka mesti berpihak pada siapa? Posisi kita ini semestinya memihak perempuan itu, ‘kan? Kalau aku, niscaya menggugat cerai. Pi Young protes. Bicara memang mudah. Hye Ryeong nggak habis pikir. Bagaimana mungkin saya hidup dengannya? Ia ragu Pi Young sendiri bisa hidup seolah tak ada apa-apa?
Pi Young pikir tentu nggak bisa menyerupai itu.
“Karena itu. Bisakah mempertahankan
rumah tangga tanpa cinta?”
Shi Eun merasa kalo pasangan hidup dengan ikatan jikalau cinta sudah usai. Ibunya dahulu hidup menyerupai itu. Hye Ryeong pikir dahulu perempuan nggak punya kesanggupan bertahan hidup dan terpaksa menahannya.
Pi Young pikir mereka jangan hingga memberi para lelaki argumentasi untuk berselingkuh. Ia mencobanya sebisa mungkin. Shi Eun membenarkan, lelaki juga nggak sepenuhnya berpikiran sederhana. Kalo si istri bisa dipercaya, maka keluarganya nggak hancur meski mereka berpaling sesaat. Pi Young pikir itu relatif. Kita mesti pantas dicintai untuk dicintai. Kenapa cuma lelaki yang bertanggung jawab dan berkewajiban?
Shi Eun rasa kalo nggak bertujuan cerai, maka jawabannya yaitu menutup mata dan seolah nggak tahu. Hye Ryeong protes. Apa itu mudah? Pi Young pikir tentunya enggak. Tapi jikalau nggak bisa menahan banyak hal, lebih baik nggak usah menikah.
Neneknya Ji a mengaku menimbang-nimbang Ji-a. Padahal gres beberapa hari sejak ia pergi. Kakek juga. Dia nyuruh nenek untuk mengundangnya untuk makan malam. Nenek nggak bisa alasannya ia mesti les. Kakek pikir nggak papa absen sesekali. (Ih seneng nih kalo punya kakek gini. Ada les absen aja.) Anak bungsu kita senantiasa membolos, bahkan berkelahi, namun masih bisa berkuliah. Nenek membenarkan. Di universitas Hankuk pula.
Kakek nyuruh nenek untuk nelpon Ji a. Lah kebetulan Yu Shin, anak mereka nelpon. Nenek pribadi menjawabnya. Yu Shin heran. Cepat sekali menjawabnya. Hehe.. Nenek cuman senyum. Sedang apa?
“Membicarakan Ji-a. Kuharap kau bisa mampir untuk makan malam.”
Yu Sin mengiyakan. Nenek menanyakan apa Pi Young ada janji? Yu Sin menginformasikan kalo ia gres saja meneleponnya. Tidak ada.
Shi Eun habis mandi dan kembali ke kamarnya. Suaminya sedang minum anggur di kawasan tidur. Ragu-ragu ia bertanya. Bagaimana…Bagaimana jikalau kita akhiri saja? Shi Eun pribadi terdiam.
Park Hae Ryun kayak depresi banget di ruangannya.
Ji a yang rambutnya lagi ditata sama ibunya mengeluh. Ibu, saya ingin Kakek berhenti menciumku. Aku sudah 12 tahun dan bukan bayi lagi. Pi Young cuma tersenyum. Kali ini sambil membereskan bajunya. Ji a melanjutkannya dalam bahasa inggris. Anyway , hari ini saya akan bilang, “Kakek, saya bukan bawah umur lagi.”
“Lantas, kau apa?”
“Seorang gadis.”
“Mulai hari ini, jangan mencium,
tapi berjabat tangan.”
Pi Young pikir kakek niscaya sedih. Ji a mengubahnya. Berpelukan saja cukup, ‘kan? Itu menurutnya. Sambil memungut rambut yang jatuh di lantai Pi Young bertanya; Kalau ciuman di pipi? Ji a mengaku nggak suka.
Bel pintu bunyi. Pi Young pikir ayah Ji a datang. Keduanya kemudian beranjak ke depan.
Wu Ram memandangi foto Shi Eun ibunya di saat masih muda. Kakaknya Hyang Ki menghampirinya. Wu Ram gres tahu kalo ibu mereka juga pernah muda rupanya. Ia minta pada kakaknya mudah-mudahan jangan menua.
“Kamu pikir saya ingin?”
Wu Ram menyarankan mudah-mudahan kakaknya merawat dirinya dengan baik mulai sekarang. Hyang Ki membalikkan. Kamu sendiri juga jangan menua. Pria lebih singkat renta dibandingkan wanita. Jujur saja, menurut Wu Ram ibu mereka terlihat lebih renta dibandingkan Ayah.
Wu Ram menghampiri ibunya yang sedang masak dan mengajukan pertanyaan apakah Ayah menangis di saat menikah? Shi Eun membenarkan. Ia pikir Wu Ram habis menyaksikan foto pernikahan? Wu Ram penasaran. Kenapa menangis?
Hyang Ki bantu jawab. Karena terharu. Tapi di drama, Wu Ram menyaksikan kalo mempelai perempuan yang menangis. Shi Eun menginformasikan kalo ayahnya…merasakan banyak hal di saat itu. Rasa terima kasih padanya dan perasaan menyerupai mimpi. Itu hari terbaik ayahmu seumur hidupnya.
Wu Ram masih nggak ngeh. Saat senang juga bisa menangis? Hyang Ki menginformasikan kalo Wu Ram juga akan menangis di saat menikah. Wu Ram membantah.
Hyang Ki pikir hidup Ayahnya bergantung pada Ibu. Nggak ada perempuan menyerupai Ibu. Shi Eun membantah. Ada banyak. Hyang Ki mengaku nggak pernah lihat.
Ayah mereka pulang. Hyang Ki dan Wu Ram menyambutnya. Selamat datang, Ayah. Sang ayah mengiyakan. Shi Eun nyuruh Hyang Ki untuk mengambil kotak bekal Ayah.
Hyang Ki menyaksikan kalo itu nggak habis. Shi Eun pikir suaminya sibuk atau nggak berselera? Ayah mengaku sibuk. Hyang Ki pikir niscaya nggak berselera. Ia menyaksikan anggur yang ayah bawa dan menanyakan berapa harga anggurnya?
Ayah mengaku nggak tahu. Shi Eun pikir perutnya nggak enak? Ayah membantah dan mengaku kenyang alasannya makan buah lebih dulu. Shi Eun mengamgguk paham dan kembali ke dapur.
Hyang Ki tahu kalo itu Talbot. Pasti enak. Kita minum di saat makan malam.
“Untuk ayah dan ibumu saja.”
Hyang Ki mengiyakan. Ia mengucapkan selamat menikmati dan sisakan untuknya segelas. Diam-diam Shi Eun tersenyum.
Bersambung…