Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 1 Part 2, Untuk menyaksikan daftar selengkapnya pada link di goresan pena yang ini. Namun Kamu juga mesti lihat dahulu part sebelumnya gaes dari Episode sebelumnya baca di sini.
Pi Young dan Yu Sin sedang dalam perjalanan. Ji a tidur. Pi Young menyesalkan. Mulutnya mesti tertutup. Yu Sin pikir sebentar saja nggak papa. Pi Young rasa sekolahnya niscaya melelahkan. Yu Sin membenarkan. Ia menanyakan hari ini grup musik yang tampil? Pi Young menanyakan Yu Sin nggak sibuk? Ada waktu mendengarkannya?
“Sebentar. Aku harap kau DJ-nya. Aku menjadi dapat mendengar suaramu.”
Pi Young menginformasikan kalo sering kali produser juga ikut siaran. Yu Sin menyuruhnya untuk melakukannya. Enggak. Kalau begitu, bukankah kau akan lebih sibuk? Pi Young tersenyum. Mungkin. Yu Sin berubah asumsi dan menyuruhnya untuk melupakannya saja. Ia kemudian menggenggam tangan Pi Young dan menanyakan apa itu bosan dalam pernikahan? Kamu niscaya pernah dengar.
“Sedikit.”
Mereka tertawa. Yu Sin heran. Pi Young dapat tertawa juga rupanya. Pi Young menanyakan apa ia menyerupai orang b*doh? Yu sin mengaku nggaak dapat hidup dengan perempuan tanpa ekspresi. Keduanya kembali tertawa.
Ponsel Yu Sin bunyi. Pi Young pikir itu niscaya Ibu. Ia nyuruh Yi Sin untuk menyampaikan mereka nyaris sampai. Yu Sin menjawabnya. Ya, Bu Mo. Ternyata bukan. Senyum Pi Young eksklusif hilang. Itu ibunya.
Ibu menanyakan nggak papa ia menelepon? Yu Sin memgiyakan dan menanyakan bagaimana kesehatannya? Ibu mengaku sehat dan nanya balik bagaimana denganmu? Yu Sin memberitahu kalo Pi Young mengurusnya dengan baik. Ia juga jarang sakit. Ibu melarangnya untuk membual. Ibu menanyakan apa Yu Sin sudah dengar kalo ia kembali ke Korea.
“Kapan?”
“Hari ini.”
Yu Sin menyesalkan harusnya ibu memberi kabar lebih dahulu dan mengonfirmasi ke Pi Young kalo ia nggak dapat menjemputnya? Ibu mengaku sengaja sebab ia pikir mereka niscaya sibuk. Yu Sin pikir mereka dapat menyewa sopir. Sekarang ibu di rumah?
Ibu mengiyakan. Ia mengaku sedang beres-beres. Yu Sin prospektif kalo nanti mereka mampir. Ibu merasa nggak enak. Nggak usah repot-repot. Yu Sin membantah. Nggak repot. Mereka juga mau makan malam di rumah utama.
“Sekeluarga?”
Yu Sin mengiyakan. Ibu sudah bertelepon dengan Pi Young, ‘kan? Ibu mengiyakan. Yu Sin memberitahu kalo Ji a tidur di kursi belakang. Dia niscaya bahagia neneknya kembali. Ibu bahagia dengarnya dan menyudahi telponnya.
Pi Young nyuruh Yu Sin untuk membangunkan Ji a. Yu Sin protes. Kenapa nggak bilang?
“Ji a, bangunlah. Kita sudah sampai.”
Pi Young mengaku lupa. Kamu tahu Ji-a menyerupai apa kalau mengoceh. Yu Sin memberitahu Ji a kalo neneknya di Korea.
“Nenek di Filipina?”
Yu Sin membenarkan.
Nenek sendiri sedang membongkar kopernya.
Hae Ryun sedang melamun. Ia kemudian membuka anggurnya. Terdengar bunyi bel pintu. Hyang Ki menyaksikan interkom dan memberitahu; Ayah, ada Jae in. Dia mau menginap. Ayah nggak jadi membukanya. Kalian minumlah ini.
Hyang Ki senang. Benarkah? Ia kemudian membuka pintunya. Masuklah. Kamu bawa baju tidur? Aku dapat meminjamkan kausku. Hyang Ki mengenalkan Jae in pada ayahnya. Jae in menyapa Hae Ryun kemudian mereka pergi ke kamar Hyang Ki.
Shi Eun menulis di kasur. Malam ini, kutulis dengan baik. Hae Ryun menghampirinya. Mau keluar? Ke mana? Tanya Shi Eun. Hae Ryun merasa sudah usang mereka nggak keluar. Kamu mengajakku jalan-jalan? Hae Ryun mengiyakan. Shi Eun heran. Nggak biasanya. Jae in datang? Hae Ryun mengiyakan. Katanya ia punya pacar. Mahasiswa kedokteran.
Keduanya jalan berdua. Shi Eun pikir sudah usang Hae Ryun nggak bernyanyi. Ia berharap juga ahli bernyanyi. Ia merasa salah terlahir di dunia. Hae Ryun secara tiba-tiba berhenti di depan kawasan karaoke dan mengajak Shi Eun untuk masuk.
Mereka minum bersama. Shi Eun merasa kalo Hae Ryun kelihatannya jarang tersenyum sehabis menjadi kepala jurusan. Ceritakan masalahmu. Hae Ryun merasa nggak ada yang mudah dalam hidup. Shi Eun membenarkan. Ia mengalihkan kalo akomodasi di sana bagus. Nggak terdengar dari ruangan lain. Ia minta Hae Ryun untuk bernyanyi untuknya. Ia mengaku ingat Hae Ryun suka nomor 18.
Ia pun memutuskan lagu itu. Hae Ryun maju dan membaca liriknya. BAGAI BURUNG HITAM DI MUSIM SEMI. DI BAWAH POHON DEDALU HINGGAP DAN BERKICAU. Mendadak ia malah membatalkannya. Lalu memandang Shi Eun. Bolehkah…aku pergi? Shi Eun nggak ngeh. Ke mana?
“Meninggalkanmu.”
Shi Eun syok. Apa? Kamu bercanda? Hae Ryun membantah. Shi Eun bingung.Kenapa tiba-tiba bicara begitu? Hae Ryun duduk. Sudah cukup hidup begini.
“Kamu ingin bercerai? Kenapa?”
“Aku cuma ingin saja.”
Shi Eun mendesaknya untuk menyampaikan alasannya. Pasti ada alasannya. Ada perempuan lain? Hae Ryun menggeleng. Lantas?
“Sudah 31 tahun sejak kita bertemu
pada usia 19 tahun. Kita akhiri saja.”
Shi Eun syok. Kamu nggak menyukaiku lagi? Itu alasannya? Hae Ryun membantah. Bukan argumentasi sederhana menyerupai itu. Hanya saja… saya merasa berat menjadi kepala keluarga.
Kalau begitu, istirahatlah. Shi Eun menyampaikan untuk mencarikan apartemen studio. Kamu dapat tinggal di sana sementara. Hae Ryun mengaku nggak ingin hidup menyerupai ini beberapa puluh tahun lagi.
Shi Eun sakit. Kamu bukan orang nggak bertanggung jawab menyerupai itu. Hae Ryun minta maaf. Aku lelah. Kamu senantiasa mengikuti kondisi denganku. Kali ini, bisakah kau laksanakan juga? Aku sungguh nggak tahu malu.
Lalu anak-anak? Tanya Shi Eun. Kamu nggak sakit, ‘kan?
Aku hanya…memohon padamu. Mulai sekarang, saya ingin hidup berbeda. Jika kau mau suatu alasan, kurasa sebab kita sudah terlalu usang bersama. Bahkan kekerabatan orang renta dan anak selsai sehabis 20 tahun.
Wu Ram nelpon Shi Eun. Hae Ryun menyuruhnya untuk mengangkatnya. Shi Eun menjawabnya. Ya? Ibu di mana? Keluar bareng ayahmu. Wu Ram memberitahu kalo jaket yang mau ia pakai besok kusut. Ya, nanti ibu setrika. Wu Ram kemudian menutup telponnya.
Shi Eun berdiri dan pergi. Ia berlangsung sendirian sambil menahan tangis. Hae Ryun mengikuti di belakang.
Pi Young mencuci tangannya. Ingat apa yang ibu katakan. Ibu gres hingga di Korea. Hubungi saya kalau sempat.
Yu Sin mengetuk pintu. Kamu di dalam? Pi Young mengiyakan. Yu Sin memberitahu kalo Ji a mengantuk. Pi Young menghela nafas dan memandang parasnya di cermin.
Pi Young tersenyum memandang Ji a yang sedang tidur dan bilang ke Yu Sin; Aku saja yang mampir ke tempat tinggal Ibu. Sendirian? Kita datangi bareng lain kali. Sepuluh menit cukup, ‘kan? Pi Young membantah. Nggak cukup sepuluh menit. Ji a akan kesal kalau tidurnya terganggu. Duluan saja.
Ibu sedang memangkas melon. Ia bahagia di saat mendengar bel pintu dan secepatnya membukakannya. Ia sedikit kecewa menyaksikan Pi Young seorang diri. Di mana Ji a?
Pi Young masuk dan duduk. Ibu memberitahu kalo ia sudah memangkas melon untuknya. Pi Young menatapnya sinis. Kenapa pulang?
Ibu mengaku merindukannya. Ibu juga sudah berumur. Pi Young menyuruhnya kembali. Ibu sedih. Ibu bukan nggak tahu perasaanmu. Pi Young memotong. Maka, jangan bicara. Aku akan bilang Yu Sin bahwa saudari Ibu sakit. Segera pesan tiket. Ibu tahu sifatku. Aku benci bicara dua kali.
Ibu nangis. Bagaimana ibu dapat meredakan amarahmu? Pi Young tetap dingin. Jangan hubungi suamiku lagi. Ia bangkit. Aku akan bilang padanya kau mesti secepatnya pergi.
Ibu hancur. Pi Young. Kali ini, ibu akan laksanakan kehendak ibu. Pi Young berbalik dan memandang ibu tajam. Ibu…selalu hidup seenaknya sendiri. Tapi, jangan mencampuri keluarga atau pernikahanku. Jangan menangis di depanku.
Pi Young menaiki taksi sesampainya di luar sementara di rumah ibu nangis.
Sa Hyun secara tiba-tiba bangun dan keluar. Ia mengambil buku tafsir mimpi. Hye Ryeong ikut bangun dan menghampirinya. Kenapa nggak tidur?
Aku bermimpi. Mimpi apa? Kamu mimpi dan mencari tafsirnya? Memangnya mimpi apa? Mimpi wacana babi. Apakah mimpimu ramalan? Terkadang. Ceritakan dengan jelas. Aku piawai menafsirkannya.
Sa Hyun menceritakan detilnya. Babi itu sebesar anak sapi. Wujudnya babi, kemudian ia ke pelukanku. Aku membelainya di saat ia menguik. Lalu saya terbangun.
Hye Ryeong sudah tahu. Besok cobalah beli lotre. Lain kali, cari tahu keesokan paginya. Jangan bangunkan aku.
Shi Eun nggak dapat tidur. Ia berbalik memandang suaminya.
Sa Hyun kembali tidur. Hye Ryeong memberitahu kalau nggak pakai kontrasepsi, itu mimpi kehamilan. Ia kemudian memeluk Sa Hyun.
Nenek mengucapkan selamat makan pada kakek sebelum kakek turun dari mobil. Kakek mengiyakan.
Nenek, Dong Mi berada di bak renang. Ia menghampiri Yu Sin dan memberitahu kalo ayahnya ada perjanjian sarapan. Di hotel ini? Ibu membantah. Bukan, Hotel Prince One.
Sa Hyun berlangsung bareng Hye Ryeong di kawasan parkir. Di mana mobilnya? Hye Ryeong menunjukkan, sebelah situ. Sa Hyun membenarkan. Ia menaruh barang-barang Hye Ryeong dibangku belakang dan mengucapkan selamat bekerja. Hye Ryeong mengiyakan. Sa Hyun menciumnya dan mereka pun berpisah.
Setelah menegaskan Hye Ryeong pergi, Sa Hyun menuju mobilnya dan nelpon seseorang. Bagaimana keadaanmu? Tidurmu nyenyak? Semalam saya mimpi kehamilan. Sungguh, saya memimpikannya. Aku berlangsung di pantai, dan dari jauh… . Aku akan ceritakan nanti. Nggak dapat melalui telepon. Sekitar pukul 18.30. Kamu ingin makan sesuatu?Ia mengiyakan kemudian menutup telponnya.
Habis itu Sa Hyun menyalakan musik. “PIANO CONCERTO NO. 1 PADA B MOL”. perlahan mobilnya meninggalkan parkiran.
Dong Mi berenang di belakang Yu Sin. Yu Sin memujinya. Kamu kian mahir. Benarkah? Ya, manis sekali. Yu Sin iseng menepuk air sehingga mengenai ibunya. Seakan nggak cukup ia berenang ke bawah dan membalik kakinya. Hentikan.
Hye Ryeong sedang berada di salon untuk merias wajahnya. Ponselnya bunyi. Berikan ponselku. Ada panggilan yang mesti diterima.
Yang menelpon merupakan ibu mertuanya. Halo, Ibu. Sudah bangun? Tentu. Sekarang sedang di salon. Aku berdandan untuk kerja. Kamu sibuk rupanya. Aku sedang berkata-kata dengan ayahmu. Katanya ia bermimpi. Apa tak ada kabar baik?
Hye Ryeong nggak ngerti. Kabar apa? Ayahmu berkhayal wacana kehamilan. Astaga, Ibu. Cobalah periksa. Hye Ryeong mengaku nggak hamil. Kamu yakin? Ya, saya nggak berubah pikiran. Ayahmu percaya itu mimpi kehamilan. Hye Ryeong membenarkan. Aku kadang memimpikan itu di saat menstruasi. Sepertinya menantumu yang lain. Ibu mengaku sudah tanya. Tapi katanya enggak. Sudah sewajarnya ia punya anak lagi. Ibu menyerupai malas. Bagaimana kalau perempuan lagi? Hye Ryeong menanyakan ayah berkhayal soal anak perempuan?
Ibu menyudahi. Dan menutup telponnya. Ih secara tiba-tiba nggak jadi. Apa Sa Hyun sarapan sebelum berangkat kerja? Tentu. Dia sarapan lauk bikinan Ibu dan saya buatkan sup kerak nasi. Ibu kembali menyudahi dan menutup telponnya.
Ayah mengonfirmasi apa yang Hye Ryeong bilang. Enggak? Dia merasa sungguh kecewa.
Sambil merias karyawan salon merasa kalo kelihatannya mereka menantikan generasi kedua. Hye Ryeong mengiyakan. Mereka membisu saja, namun sering kali membuatku stres begini.
Di kantornya Sa Hyun sedang browsing. PERHATIAN PADA AWAL KEHAMILAN. Ia membacanya sambil makan roti lapis. Hayo siapa yang hamil? Jangan-jangan Sa Hyun selingkuh?
Ji a sedang di kendaraan beroda empat dengan ibunya. Aku nggak dapat berjumpa Nenek? Pi Young mengiyakan. Saudari Nenek mau operasi? Sepertinya begitu. Pasti menakutkan. Ibu pernah operasi?
Pi Young eksklusif menatapnya. Belum pernah. Ji a harap nggak pernah operasi selamanya hingga saya mati. Pi Young malah memanfaatkannya. Karena itu jangan selektif makanan bikinan ibu. Dengan begitu, kau akan tetap sehat. Ya?Ji a berat. Tapi makan semauku merupakan kesenangan bagiku. Pi Young nggak nyangka. Kenapa kau bicara begitu? Ibu, ayah, kakek, dan nenekmu nggak memiliki arti untukmu?
Ji a membantah. Kedua hal itu berbeda. Nggak semua hal memiliki arti itu menyenangkan. Membantu belum dewasa kelaparan di Afrika sungguh bermakna. Tapi apakah menyenangkan? Apa ibu tertawa lepas sehabis berdonasi?
Pi Young tertawa. Astaga, saya nggak dapat melawan putriku. Ji Ah menanyakan hal apa yang bermakna dan menggembirakan dalam hidup Ibu? Pi Young menjawab banyak hal bermakna. Ji a menanyakan yang terbaik.
“Keluarga.”
Dan ternyata Ji a juga sama.
Mereka tertawa sambil pegangan tangan.
Makanan Yu Sin tiba dibawakan oleh ibu. Mereka makan bersama. Astaga, terima kasih. Nggak pakai sirop. Wafel hotel ini paling enak. Renyah sebab dipanggang dengan baik. Rasanya nikmat dan nggak pakai banyak mentega. Seharusnya kita undang ibu mertuamu. Ada perjanjian pekan ini?
Ponsel Yu Sin bunyi. Ibu mertua. Ya, Ibu. Maaf menelepon sepagi ini. Nggak papa. Bisakah kita berjumpa sebentar hari ini? Tentu. Aku lowong di pagi hari, jadi, saya akan mampir. Baik. Pembicaraan berakhir.
Shi Eun sedang di dapur. Sebelumnya ia menghampiri Hae Ryun yang sedang bersiap di kamar. Sejak kapan kau memikirkannya? Cukup lama. Jawab Hae Ryun. Berapa lama?
Hae Ryun berbalik. Maaf. Jeongmal. Ia mengambil ponselnya kemudian pergi. Shi Eun nangis ingat itu.
Yu Sin menemui ibu mertuanya. Ibu menyampaikan kalo Pi-young pikir ayahnya meninggal sebab ibu. Sebenarnya, itu tak sepenuhnya salah. Ayahnya Pi-young… berselingkuh dengan rekan sesama pegawai. Aku nggak dapat memaafkannya. Saat sedang mengorganisir perceraian, ayahnya menjemput Pi-young di sekolah dan mengalami kecelakaan. Karena itu saya akal-akalan bangga di depan orang lain, namun senantiasa hati-hati di sekeliling Pi-young. Dia melarangku berjumpa dengan Ji a lagi dan menyuruhku kembali ke Filipina.
Yu Sin pikir ibu niscaya menderita. Ibu mengiyakan. Aku… . Siapa yang tahu apa yang hendak terjadi padaku? Aku cuma ingin menemuimu dan Ji a sebulan sekali… . Nggak, bahkan beberapa bulan sekali cukup. Jadi, saya kembali. Kalau tahu saya bicara begini, Pi-young tak akan membisu saja.
Yu Sin meyakinkan kalo ia akan memahami kalau Ibu jujur. Ibu rasa enggak. Dia bahkan menolak mengatakan sebentar saja. Kalau kau juga menghendaki saya kembali ke Filipina, maka saya akan pergi.
Yu Sin minta ibu untuk tetap di sini. Aku akan jelaskan padanya. Jangan terlalu cemas. Ibu lega. Yu Sin menyesalkan. Ibu sebaiknya bicara lebih awal. Ibu mengaku berniat menjadikannya lega. Tapi ibu tak tahan lagi. Yu Sin mengaku nggak tahu soal itu. Tapi sebab sudah tahu, saya akan sering mengajak Ji a. Ji a juga sungguh merindukan neneknya.
Ibu bahagia dengarnya. Benarkah? Yu Sin prospektif akan mengajak simpulan pekan ini. Ibu menanyakan sudah sebesar apa dia? Yu Sin menampilkan foto Ji a di ponselnya ke ibu. Ibu nangis. Cantik. Cantiknya.
Bersambung…