Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 1 Part 3, Link daftar selengkapnya berada di goresan pena yang ini. Jika mencari dongeng part dua Episode sebelumnya baca di sini.
Hye Ryeong mengawali siarannya. Saat terlahir ke dunia, kita berdiri di atas ring berjulukan hidup. Nggak pernah ada kemenangan mutlak tanpa terkena pukulan musuh di saat berada di atas ring. Petinju kelas dunia, Mike Tyson, pernah berkata, “Kamu mesti siap terkena pukulan di saat berada di atas ring.” Cinta, Kenangan, dan Musik Boo Hye Ryeong dimulai sekarang.
Di depan Pi Young ngasih instruksi ok.
Kakek menghampiri nenek dan meminum tehnya. Mungkinkah kau memimpikan Dongmi? Tanya nenek. Kakek nggak paham. Apa maksudmu? Mimpi Dongmi punya anak. Kamu kira saya mimpi untuk anjing alasannya tak ada pekerjaan?
Ibu memberi tahu kalo kedua menantu mereka bilang tidak. Tapi saya percaya itu mimpi kehamilan. Jadi… Kalau itu Dongmi, kau niscaya senang. Kakek menyindir. Kini kau terang sudah menjadi nenek alasannya sering kali bicaramu nggak masuk akal.
Nenek memberi tahu kalo kini ini, 60 tahun masih dianggap paruh baya. Kakek nggak percaya. Kata siapa? Semua orang. Itu cuma persepsimu. Ih nenek kesal. Kalau saya nenek-nenek, kau lelaki renta bangka.kakek sesumbar kalo orang-orang menyangka ia masih 30-an kalau ia nggak bilang. Ibu meragukannya. Apanya yang masih 30?
“Badanku. Kalau mereka lihat badanku di saat pakai topi dan kacamata hitam. Bentuk tubuh itu sungguh penting. Kamu mesti berolahraga. Banyak yang nggak sanggup meski ingin.
Nenek menghela nafas. Dia tampan, berpendidikan, dan pengacara yang kompeten. Pasti menggembirakan sekali kalau mereka punya anak. Kakek menegur nenek. Jangan berkelit. Nenek membantah. Bukan berkelit. Aku cuma kesal. Apa kau tak kesal?
Kakek menaruh kembali korannya. Kenapa mesti kesal? Kalau dipikir-pikir… Dongmi jauh lebih baik ketimbang kedua putraku. Ibu protes. Bagaimana sanggup kau bandingkan mereka dengan anjingmu? Tapi itu benar. Mereka juga akan punya anak kalau sudah waktunya tanpa diajari. Ho oh naluriah ya kek😅
Ibu mengungkit kalo si sulung sudah punya dua anak. Kakek bilang itu nggak dihitung. Mereka perempuan. Mereka akan menjadi orang absurd sehabis menikah. Nenek melarang kakek bicara begitu di depan mereka. Kalau meributkan anak lelaki atau perempuan, kau mungkin takkan menyaksikan mereka lagi. Kakek membenarkan kalo mereka seumpama orang renta lain. Tapi mereka nggak sanggup perlakukan kita seumpama itu. Coba saja kalau mereka berani durhaka.
Bagaimana kalau tetap begitu? Tanya ibu. Ayah bilang ia akan mendonasikan semua. Semua propertinya.
Hye Ryeong meninggalkan ruang siaran. Semuanya saling memuji pekerkaan masing-masing. Shi Eun bangun dan merobek tulisannya. Kerja bagus. Jo Wung menghampirinya dan menyodorkan kalo pembukaan hari ini manis sekali. Shi Eun mengiyakan.
3 perempuan itu kembali berkumpul. Pi Young mengajukan pertanyaan pada Shi Eun apa kau sakit? Kamu terlihat lesu. Pulang dan istirahatlah. Pasti lebih berat tanpa asisten.
Akhirnya Shi Eun mengumumkan semuanya. Suamiku…ingin mengakhirinya. Pi Young nggak ngeh. Mengakhirinya? Ayahnya Wu Ram? Shi Eun mengangguk membenarkan.
Pi Young menanyakan apa kalian bertengkar? Shi Eun nggak menjawab dan meminum kopinya.
Sementara itu di ruangannya Hae Ryun mengirim pesan ke seseorang.
KEMARIN, AKU MENGAJAKNYA BERPISAH
LEE: KAMU BILANG SOAL AKU?
ENGGAK. NGGAK AKAN PERNAH.
LEE: DIA SETUJU?
HANYA MASALAH WAKTU. PERCAYA PADAKU.
Nah kan selingkuh????
Pi Young kayak nggak percaya. Hanya alasannya terlalu usang hidup bersama? Sungguh? Mustahil, ‘kan? Kau pernah menganalisa ponselnya? Tanya Hye Ryeong. Cobalah cek. Mungkin ada perempuan lain.
Shi Eun membantah. Ia percaya ia tak pernah berselingkuh, sama sekali tak tertarik. Hye Ryeong meminta maaf mengajukan pertanyaan perihal ini. Apa urusan ranjang kalian normal? Pi Young eksklusif menatapnya. Shi Eun menggeleng. Kenapa? Tanya Pi Young penasaran.
Lelah…dan merepotkan, kan? Pi Young mengonfirmasi kalo Shi Eun menolaknya? Atau ayah Wu Ram tak kesengsem lagi? Shi Eun mengaku menolak beberapa kali, kemudian ia berhenti meminta. Sudah berapa lama? Tanya Pi Young.
“Hampir dua tahun.”
Hye Ryeong kaget. Nggak melakukannya selama dua tahun? Sepertinya begitu. Hye Ryeong percaya kalo itu alasannya. Bukankah begitu, Pi Young? Pi Young nggak yakin. Secara kini ini banyak pasangan yang seumpama itu. Kau tak seumpama itu, ‘kan? Tanya Hye Ryeong ke Pi Young.
Hye Ryeong yakin. Nggak salah lagi. Ini soal harga diri. Suamimu merasa tertolak. Setelah menahannya selama ini, ia nggak tahan lagi. Kamu nggak paham lelaki meski hidup bersamanya selama 30 tahun?
Shi Eun memberi tahu hidup bareng selama 20 tahun. Kami mulai berpacaran 30 tahun…Bukan, 31 tahun lalu. Hye Ryeong memotong. Jangan bilang kau meratapi pernikahanmu di saat bulan madu. Malam ini ciptakan situasi itu dan duduk kendala akan selesai. Shi Eun ragu. Kalo enggak? Hye Ryeong mengiyakan. Aku yakin. Dalam dunia binatang…Mungkinkah ia tak sanggup er.k.si? Pi Young menegur Hye Ryeong. Hye Ryeong melanjutkan. Bisa mengalami penurunan kalau nggak dipakai. Sepertinya ia sadar itu. Pi Young nggak sependapat. Secara Si Eun nggak menjadikannya stres.
Hye Ryeong menyarankan mudah-mudahan hari ini melaksanakan seumpama katanya. Pi Young membenarkan. Mungkin saja alasannya itu. Sampai kini kau cuma mengenal suamimu dari kelas 3 SMA. Mungkin kau terlalu polos. Pekerjaanmu penulis, tetapi kau lebih terbelakang dari bawah umur zaman sekarang. Kamu mesti melakukannya meski lelah. Justru lelahmu akan hilang.
Shi Eun menanyakan Hye Ryeong juga begitu? Pi Young mengingatkan kalo ia pengantin baru. Hye Ryeong memberitahu, kami saling memperhatikan alasannya nggak punya anak. Tunggu sebentar. Sepertinya kami juga jarang melakukannya. Aku juga mesti membangun suasana. Belakangan ini kami sibuk. Shi Eun nampak memikirkannya.
Pi Young sedang telponan. Ia nampak marah. Nggak boleh. Aku sudah bilang mau pakai studio itu sejak pekan lalu. Ya, baik.
Ibu Pi Young sedang memutuskan baju. Ini untuk anak umur berapa? Tanyanya pada karyawan toko. Cucuku berumur 12 tahun. Karyawan toko bertanya; Berapa tingginya? Ibu membaca pesan di ponselnya. Dari Pi Young. Di bandara? Ibu termangu dan menjawabnya di wilayah lain.
Pi Young membaca pesan ibu. Ibu nggak pergi. Ibu dongeng masalahnya pada Yu Sin. Pi Young semakin marah. Ia menyetir mobil. Ia bahkan menyalip semua kendaraan beroda empat di depannya.
Hae Ryun menolong Shi Eun memakai gaun. Pas sekali, ‘kan? Shi Eun mengiyakan. Kita pergi. Shi Eun kaget. Sekarang? Pergi ke mana? Hae Ryun nggak mau ngasih tahu. Nanti kau akan tahu. Astaga, lepas koyokmu. Shi Eun masih bingung. Kenapa tiba-tiba melepasnya? Kita dipanggil seseorang? Hae Ryun mengiyakan. Astaga, apa-apaan rambutmu ini? Keluhnya sambil melepas tusuk rambut Shi Eun. Ayo pergi.
Shi Eun menahan. Lepas label harganya. Kamu ini. Ia pergi mengambil gunting. Berapa harga baju ini? Tanya Shi Eun. Hae Ryun nggak mau jawab. Nggak boleh tanya harga hadiah. Shi Eun menahan di saat Hae Ryun mau menggunting label harganya. Lebih dari 500.000 won? Aku tidak ingin pakai. Hae Ryun membantah. Ia pun mengguntingnya. Shi Eun meriksanha. Kamu melepas harganya. Kenapa lakukan itu? Pegawai yang melepasnya, alasannya ini hadiah. Jawab Hae Ryun. Ia kemudian menawan Shi Eun menghadap kaca. Penampilan Lee Si Eun masih sama. Baju ini melengkapimu. Hyang-gi, lihat ibumu. Shi Eun melarang. Dia sedang keramas.
Hae Ryun menyaksikan jam tangannya. Kita mesti cepat. Iapun menawan Shi Eun pergi. Apa saya mengenalnya? Tanya Shi Eun. Mendadak ia berhenti. Tas ini kosong. Sambil menunjukkannya ke Hae Ryun. Hae Ryun tertawa. Astaga. Shi Eun kembali dan menukar tasnya.
Keduanya berada di jalan. Kita ke pinggiran kota? Tanya Shi Eun. Hae Ryun mengiyakan. Sepertinya ada yang pesta barbeku untuk pesta rumah baru. Hae Ryun memberi tahu pesta daging domba. Shi Eun meeasa kalo mereka sebaiknya menenteng anggur. Kamu bawa, kan?
Hae Ryun santai. Kita tiba saja. Siapa mereka? Tanya Shi Eun. Hae Ryun nggak mau ngasih tahu. Tidurlah. Kamu kurang tidur. Shi Eun melepas sabuk pengamannya dan berbaring.
Nggak usang kemudian Shi Eun terbangun. Kamu sanggup tidur nyenyak walau sebentar? Mulutku terbuka di saat tidur? Tanya Shi Eun. Tentu saja. Aku bahkan mengelap liurmu. Hae Ryun tertawa. Aku bercanda. Kau mendengkur sedikit. Benarkah? Bukan hal besar. Itu benar, tapi… . Hae Ryun kembali tertawa. Aku bercanda.
Mereka sampai. Aku kira di rumah seseorang. Kata Shi Eun. Hae Ryun turun dari kendaraan beroda empat dibarengi Shi Eun. Cantiknya. Keduanya berlangsung bersama.
Mereka duduk di suatu restoran. Ini bukan ulang tahun pernikahan. Apa ada hal yang perlu dirayakan? Hae Ryun tersenyum. Aku cuma ingin habiskan waktu berdua. Shi Eun pikir lebih baik bawah umur ikut juga. Hae Ryun nggak sependapat. Kita sanggup makan lezat dengan mereka nanti.
Shi Eun penasaran. Bagaimana kau tahu wilayah ini? Pernah tiba sama siapa? Murid-muridku. Jawab Hae Ryun. Murid perempuan? Tanya Shi Eun. Hae Ryun mengiyakan. Shi Eun menyimpulkan kalo ia orang kedua sehabis muridnya. Hae Ryun mengungkit kalo Shi Eun senantiasa nggak ada waktu alasannya pekerjaan. Lagi pula untuk apa saya tiba ke sini bareng mereka? Aku sanggup makan perut babi dan sup ikan akrab kampus. Terus?
Hae Ryun melanjutkan, Kutanya temanku yang seorang narablog. Aku serius. Pelayan kedai makanan tiba dan menyapa keduanya.
Shi Eun menyantap rotinya. Ia ingat Hyang-Ki suka sekali daging domba. Hae Ryun menekankan kini ini konsentrasi pada kita, lupakan bawah umur sejenak. Shi Eun mengiyakan. Hari ini ada program untuk kita. Ini belum berakhir? Tanya Shi Eun. Hae Ryun membenarkan. Bagaimana mungkin jauh-jauh ke sini cuma untuk daging domba? Tapi suasananya…Seharusnya minum anggur juga. Shi Eun menyuruhnya untuk minum anggur. Nanti saya yang menyetir. Hae Ryun malas. Apa enaknya minum sendirian. Shi Eun pikir menyewa sopir keluar kota niscaya mahal. Hae Ryun menekankan kalo bukan duduk kendala uang. Aku benci ada orang lain di kendaraan beroda empat kita. Shi Eun mengiyakan. Kita minum di rumah saja. Rotinya enak. Kamu nggak makan? Aku lebih senang melihatmu.
Shi Eun tersenyum dengarnya. Tetap saja… . Tetap saja apa? Tanya Hae Ryun. Sepertinya kau ada salah padaku. Hae Ryun membenarkan. Tentu saja. Aku berdosa. Dosa mencintaimu. Shi Eun tersenyum. Ia memandang bajunya. Astaga, berapa harga baju ini? Terima kasih. Hae Ryun juga memujinya. Cantik sekali meski saya yang memilihnya. Seleraku memang bagus. Shi Eun membenarkan. Karena itu kau memilihku.
Hae Ryun menyertakan kalo sebenarnya, berkat kau juga saya mengembangkan diriku. Dulu saya sungguh norak dan jelek. Shi Eun membantah. Kamu tak jelek Hanya norak? Wajarkah anak kelas 3 Sekolah Menengan Atas sudah keren? Kalau begitu saya nggak menyukaimu. Hae Ryun heran dengarnya. Kamu menyukaiku? Kukira cuma saya yang menyukaimu. Tapi kenapa bersikap dingin? Kamu membuatku menderita. Shi Eun mengingatkan kalo mereka mesti mencar ilmu di saat itu. Awalnya biasa saja. Tapi berubah alasannya ketulusanmu.
Ketulusan? Itu namanya cinta. Shi Eun membantah. Apanya yang cinta? Hae Ryun membenarkan kalo itu cinta. Aku bicara jujur meski mulutku kelu. Shi Eun jujur, waktu itu bukan cinta. Hae Ryun memberi tahu kalo ia cinta. . Kalau bukan cinta apa? Cuma perasaan suka yang polos. Jawab Shi Eun.
Menurutmu, apa itu cinta? Tanya Hae Ryun. Menurut Shi Eun lebih dari sekadar suka. Ia nanya balik. Menurutmu? Menurut Hae Ryun itu yakni hal menggembirakan yang menghasilkan mabuk kepayang? Shi Eun menyimpulkan kalo belakangan ini bukan cinta alasannya tak hingga mabuk kepayang. Kenapa mabuk kepayang kalau sudah satu rumah? Tanya Hae Ryun. Kita menggila alasannya tak sanggup bertemu. Karena itu, saya mengajakmu ke sini.
Shi Eun tersenyum dan berterima kasih. Hari ini kita jalani dengan berbeda. Ajak Hae Ryun. Shi Eun menanyakan bagaimana caranya? Hae Ryun mengaku sudah mencari motel. Motel? Hae Ryun mengiyakan. Kamu bercanda, kan? Hae Ryun membantah Kamu serius? Tentu. Kita belum pernah ke motel. Bagaimana sanggup kita ke sana? Kenapa tidak? Kita pasangan suami-istri, bukan orang asing. Tutup saja matamu dan coba. Semua orang pernah ke sana. Pak Hwang juga sesekali ke sana. Shi Eun kaget. Benarkah? Dia dan istrinya? Hae Ryun mengangguk membenarkan. Nggak disangka. Hae Ryun memberi tahu kalo itu wajar untuk mereka.
Pelayan kedai makanan tiba dan membawakan makanan.
Hari berubah malam. Shi Eun dan Hae Ryun nyaris tiba di motel. Mendadak Shi Eun jadi ragu. Kita kembali saja. Kenapa? Tanya Hae Ryun. Shi Eun mematikan musiknya. Bukan seumpama ini. Apanya? Kita ubah suasana. Shi Eun memgingatkan kalo Hae Ryun dosen yang mengajar murid-murid. Hae Ryun protes. Dosen bukan manusia? Apa suami-istri nggak boleh ke motel? Shi Eun mengaku tak suka. Aku suka. Bantah Hae Ryun. Hari ini dengarkan aku, suamimu. Mendengarkanku akan cuma menguntungkanmu.
Mereka hingga di depan motel. Shi Eun nggak mau turun. Ia mengaku nggak suka. Pergi saja, maaf.
Hae Ryun menyindir, seumpama mengenakan baju baru, membuatmu senang… . Shi Eun nggak Habis pikir. Kamu berbelanja ini untuk kesini? Hae Ryun mengiyakan. Nggak sepenuhnya begitu. Kamu juga tidak mempunyai baju mewah.
Shi Eun mengaku nggak paham. Aku juga tak memahamimu. Aku Hae Ryun. Pasangan suami-istri lain nggak duduk kendala pergi ke wilayah ini. Kamu nggak pernah ke sini? Shi Eun menjawab pernah. Lantas? Shi Eun protes. Apa orang-orang cuma suka daging sapi? Ada yang suka daging babi dan ikan. Masing-masing berbeda.
Hae Ryun mengaku ke sana alasannya penasaran. Semua bilang ini bagus. Shi Eun meremehkan. Apanya yang bagus? Fasilitasnya bagus… jawab Hae Ryun. Shi Eun memotong. Apa itu penting? Di kamar jelek juga sanggup kalo saling cinta. Hae Ryun nggak tahu, kita seumpama itu. Tapi semua butuh perubahan. Pasti jenuh makan hal yang serupa tiga kali sehari.
Shi Eun nggak habis pikir. Kamu tak jenuh makan. Hae Ryun menampilkan kalo Shi Eun yang bosan. Shi Eun mengungkit kalo mereka berjumpa 30 tahun kemudian dan hidup bareng 20 tahun. Aku tahu. Kamu suka makan, bahkan sanggup lima kali sehari.
Hae Ryun menyudahi. Hentikan dialog makanan. Kita nikmati waktu intim berdua malam ini. Ya? Aku mohon. Akhir-akhir ini kita seumpama sobat serumah.
Kamu nggak suka? Tanya Shi Eun. Hae Ryun membantah. Bukan begitu. Shi Eun merasa kalo keluarga dengan bawah umur seluruhnya seumpama itu. Aku juga sibuk.
Hae Ryun kembali memohon. Makanya sehari ini saja. Shi Eun kekeuh menolak. Apa itu penting? Hae Ryun mulai kesal. Apa saya meminta sesuatu yang luar biasa? Cukup bergandengan dan bareng di wilayah ini.
Shi Eun mengejek. Datang ke sini cuma untuk bergandengan? Hadiah mahal, kemudian daging domba, itu sanggup dua kali makan di luar. Ayo pulang. Pikirkan anak-anak. Ini nggak benar. Kalo menjadi mereka, saya niscaya akan jijik.
Memangnya kenapa? Protes Hae Ryun. Shi Eun merasa di sana rasanya tubuhnya akan kaku. Kita masuk dahulu dan cari tahu. Lalu kita bicarakan lagi. Pinta Hae Ryun. Coba berbaring di ranjangnya. Kaku apa enggak.
Shi Eun semakin kesal. Kamu tak tahu aku? Tak tahu! Tegas Hae Ryun. Siapa tahu ada kamera tersembunyi. Atau ada kenalan kita yang salah paham. Suasana hati kita sedang nggak serasi. Akhirnya Hae Ryun menyerah dan pergi dari sana.
Shi Eun bangun dan meninggalkan pekerjaannya. Ia ke kamar dan mengambil busana dalamnya dan mencobanya.
Ibu Pi Young mau memasak. Pi Young tiba dan memandang ibu benci. Lalu? Ibu memberi tahu kalo Yu Sin juga… sudah mengerti. Dia bilang saya tak perlu pergi.
Pi Young marah. Apa hakmu membeberkan seluruhnya terhadap suamiku? Kamu tidak mempunyai hak.
Mohon maaf kalo ada salah nulis nama tokohnya. Secara masih episode satu rada masih belum ingat sama muka-mukanya. Harap maklum ya….
Bersambung…
