Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 2 Part 1, Bacalah daftar selengkapnya di goresan pena yang ini. Untuk menyaksikan Episode sebelumnya baca di sini.
Pi Young memandang ibu tajam. Apa hakmu membeberkan seluruhnya terhadap suamiku? Kamu tidak memiliki hak. Sambil nangis ibu mengakui kalo ia memang suamimu, namun juga menantuku. Ji a juga, ia memang putrimu, namun juga satu-satunya cucuku.
Pi Young masih bersikap dingin. Apa ayahku ada dua? Ayahku cuma satu, namun siapa yang membuatku nggak dapat menemuinya? Karena itu… . Ibu memotong. Ia mengaku nggak dapat hidup dan bernapas dengan lega di hadapan Pi Young. Pi Young meremehkan. Setelah hidup menyerupai itu, kau membuatku menyerupai pembohong di depan suamiku?
Ibu memotong. Ia mengaku nggak dapat jelaskan dengan baik. Pi Young menjadi geram. Kamu buat saya menjadi pembohong licik. Ibu menanyakan maksudnya. Pi Young mrngungkit; Kamu bilang, kekerabatan kalian baik. Lalu Ayah wafat dalam kecelakaan mobil. Sampai sebelumnya, saya berpura-pura dari keluarga dua orang renta yang bahagia. Kamu tahu sekeras apa saya berupaya biar nggak terlihat terusik meski dibesarkan orang renta tunggal! Lalu, apa ini? Ibu berulah seakan demi putrimu sendiri. Membeberkan semua problem yang bahkan nggak dapat saya ceritakan! Dia pikir kesepian merupakan satu-satunya masalahku!
Ibu menjajal untuk menjelaskan. Sebenarnya, kau memang nggak punya masalah. Kau berpikir begitu? Tanya Pi Young. Aku terlihat baik-baik saja? Itu harapanmu, kan? Ibu menekankan kalo Pi Young berkembang dengan baik. Kamu nggak pernah merusak hatiku… . Pi Young memangkas kalimat ibu. Perlu kuulangi? Baru saja kau bilang kau nggak dapat hidup hening di hadapanku. Aku tahu saya ini jahat dan tak normal. Ibu membantahnya.
Pi Young melanjutkannya. Dia akan menjauhiku. Kini ia tahu saya berpura-pura selama sepuluh tahun. Ibu meyakinkan kalo Yu Sin niscaya paham… . Pi Young nggak mempercayainya. Ibu dapat baca pikirannya? Mungkin ia nggak bilang, namun ia akan merasa begitu. Ibu memotong. Tapi kau berbuat banyak untuknya. Pi Young membenarkan. Aku berupaya menjadi menantu dan istri yang sesuai hingga rasanya ingin mati. Tapi kenapa rasanya nihil? Kenapa kau ikut campur? Sampai kapan hidupku berserakan alasannya Ibu? “Apa yang bisa ia pelajari dari keluarga yang retak?” Dia niscaya akan berpikir begitu. Jika saya dia, saya akan begitu. Selalu berpikir negatif pada lelaki alasannya Ayah yang pernah selingkuh. Aku dapat histeris terhadap Ibu cuma alasannya omelan kecil. Aku simpan kebencianku, takut orang memandangku begitu. Apa Ibu pikir saya nggak punya kebencian itu? Ini semua alasannya suamimu berselingkuh? Mengakhiri pernikahanmu saja cukup. Kenapa memisahkanku dan Ayah juga? Ibu cuma memikirkan diri sendiri. Karena cuma perasaan yang penting. Kamu nggak memikirkan penderitaan orang lain dan luka putrimu.
Ibu nangis dan menyesalkan. Harusnya kau tahu alasannya sudah menikah. Tahu apa? Tuntut Pi Young. Ibu melanjutkan. Begitu menikahi seseorang, berselingkuh merupakan satu-satunya hal yang nggak termaafkan. Kamu masih belum mengerti? Pi Young menyudahi. Anggap Ayah nggak termaafkan. Tapi apakah itu salahku? Aku yang memaksa kalian menikah? Kalian menikah alasannya saling suka dan melahirkan aku. Bagaimanapun, ia ayahku. Kami satu darah. Meskipun bercerai, semestinya jangan pisahkan kami. Pi Young mulai nangis. Begitu juga ibu.
Alih-alih, ibu merengek soal kau salah menegaskan lelaki dan itu membuatmu menjanda. Sungguh memuakkan. Ayah sungguh mencintaiku. Sangat menyayangiku. Aku tahu ia berselingkuh, namun kenapa tega memisahkan kami? Kamu buat ia nggak dapat berjumpa putri semata wayangnya. Ayah juga berhak untuk itu. Dia bersalah kepadamu, bukan aku. Tapi kau menghalau ia tanpa apa pun. Kamu tak akan mengerti alasannya orang tuamu hidup cukup lama. Kamu nggak akan dapat membayangkannya. Di mataku, sosok Ayah yang menyambutku dengan tangan terbuka…nggak akan kulupakan hingga mati.
Tangis ibu kembali pecah. Pi Young meniadakan air matanya dan menjangkau tasnya. Nenek yang membelamu pernah bilang, “nggak dapat makan yang dibenci, nggak dapat jumpai orang yang dibenci.” Kamu nggak dapat ampuni suami yang berselingkuh dengan sekretarisnya. Aku dapat memahaminya. Tapi kau nggak dapat pisahkan orang renta dan anak. Aku kian mengerti sehabis melahirkan Ji-a. Saat temanku pergi dengan ayahnya, atau dihadiahi produk riasan, atau pamer makan nikmat bersama… . Bayangkan perasaanku dikala itu. Jangankan dapat kubanggakan, Ayah yang nggak dapat kutemui selamanya… . Aku menderita dikala berpikir nggak dapat menggandeng tangan yang hangat dan kuat itu… . Ibu pernah meminta maaf terhadap Ayah meski dalam hati? Pernahkah Ibu merasa bersalah?
Ibu meminta maaf alasannya menginformasikan suaminya, namun ia nggak akan dikhianati alasannya Yu Sin orang yang jujur. Tapi… . Pi Young memotong. Ayah meninggal alasannya Ibu! Bukan cuma mengusirnya, Ibu juga melarangnya berjumpa dan mengatakan denganku! Karena itu, Ayah ke sekolahku dan tewas dalam kecelakaan! Ibu mau berargumentasi apa lagi? Katakan, apa saya bicara omong kosong lagi?
Ibu yang letih balasannya membenarkan. Benar! Semua salahku! Ayahmu nggak bersalah. Hanya saya yang bersalah! Tapi hidup dan mati sudah ditakdirkan. Dia meninggal alasannya sudah takdirnya.
Pi Young meniadakan air matanya dan bangkit. Aku sudah selesai bicara. Bencilah Ayah hingga mati. Ibu sama sekali nggak salah. Ayah ditakdirkan meninggal alasannya memang layak dihukum. Puas?
Pi Young pergi meninggalkan ibu. Dan sebelum ia hingga di pintu secara tiba-tiba ia berbalik. Jangan harap dapat berjumpa Ji-a lagi. Ibu nggak akan berjumpa dengannya menyerupai saya dan Ayah! Dasar tak tahu malu!
Ibu ikut meluapkan kekesalannya. Bahkan Tuhan tidak suka pezina! Kamu tak tahu rasanya dikhianati alasannya belum mengalaminya. Rasa dikhianati yang membuatmu geram.
Pi Young berbalik dan kembali menghampiri ibu. Ibu nggak merasa bertanggung jawab? Nggak merasa Ibu penyebabnya? Aku akui Ayah berkhianat dan melukaimu. Tapi Ibu nggak seutuhnya nggak bersalah. Sepertinya Ayah muak, sama sepertiku.
Apa katamu? Tanya ibu.
Pi Young duduk dan melanjutkan. Ibu senantiasa saja…bersikap menyerupai ini. Nggak dapat memikirkan orang lain sedikitpun meski sudah berumur. Kamu menikahi seorang lelaki alasannya cinta dan memaksimalkan status sosialnya, namun ia berani berselingkuh dengan sekretarisnya. Tentu alasannya sungguh emosi dan gelap mata. Tapi pernahkah berpikir bahwa Ibu merupakan penyebabnya? Ibu meremehkan orang lain. Menganggap diri sendiri segalanya.
Ibu seakan nggak percaya. Pi Young mengungkit; Dulu bahkan lebih parah. Ibu dahulu senantiasa menginformasikan bahwa pemberian nggak akan disyukuri, serta menjajal dan melalui batas kalau kau terlalu baik pada mereka. Kamu senantiasa meremehkan orang lain. Bagaimana Ibu memperlakukan Ayah? Kamu perlakukan ia secara hormat? Ayah dalam ingatanku… senantiasa mesti mempertahankan perasaan Ibu. Ibu kesal alasannya problem sepele. Dengan hati-hati Ayah membujuk Ibu setiap kali begitu. Bahkan anak kecil pun nggak semestinya begitu. Ibu tahu apa kata produser di tempatku? “Wajah anggun cuma bertahan sebulan. Kebaikan akan bertahan selamanya.” Bayangkan di posisinya. Di posisi Ayah. Meski Ibu sudah tahu, Ibu akan memahaminya. Ibu cuma benci mengakuinya. Aku pun akan terpengaruhi dengan sekretaris yang manis dan baik kalau punya istri yang menyulitkan. Itu wajar. Semua perasaan insan itu sama.
Kamu sudah selesai bicara? Tanya ibu alasannya ia sudah nggak sanggup mendengarnya. Pi Young memerintahkan ibu untuk memikirkan kalo ia punya suami yang bernafsu dan ada lelaki muda baik mendekatinya. Ia niscaya akan tertarik. Itu wajar. Sebelum menjadi putri orang kaya, andai Ibu bersikap hangat pada keluarga selaku seorang istri, dengan sifat Ayah menyerupai itu…Ayah akan jujur dan perhatian pada Ibu. Ayah nggak akan berpaling. Meski ada yang mendorongnya untuk berkhianat. Ayah akan mempertahankan keyakinan Ibu.
Karena itu kau menyerupai denganku? Tanya ibu. Karena itu kau bersikap hambar begini? Sepertinya begitu. Jawab Pi Young. Meski nggak tahu perasaan suami, bagaimana dengan derita anak sendiri? Cobalah pikirkan. Jika jadi Ibu, saya akan aib minta berjumpa Ji a. Aku akan menghilang hingga dicari. Begitulah seharusnya.
Ibu cuma dapat nangis sambil memegang dadanya. Sakit. Pi Young bangun dan pergi begitu saja.
Dalam perjalanan pulang Pi Young juga nangis.
Ji a membersihkan mejanya. Dan bicara dengan Wu Ram yang duduk di sebelahnya. Kalo dipikir-pikir… kau menabung duit sakumu, ‘kan? Wu Ram mengiyakan. Terkumpul berapa? Tanya Ji a. Wu Ram mengaku nggak menghitungnya.
Mungkin sudah ratusan ribu. Pikir Ji a. Mungkin saja. Cobalah hadiahkan baju anggun untuk ibumu. Kamu bilang nggak suka ibumu menua. Baju yang terlihat muda.
Hyang Ki sedang menandai sesuatu di kamarnya. Wu Ram eksklusif masuk tanpa mengetuk pintu. Wu Ram mengaku lupa. Ia mengajak kakaknya untuk menghimpun duit untuk kado Ibu. Ulang tahun Ibu masih lama. Pikir Hyang Ki. Ayah juga akan berikan kado pernikahan.
Menurut Wu Ram baju Ibu sedikit. Selalu saja pakai celana. Hyang Ki mengaku juga nggak punya banyak baju. Wu Ram menunjuk baju kakaknya yang tergantung. Lalu apa itu semua? Di lemari juga banyak. Semuanya saya beli murah di internet. Aku Hyang Ki. Kamu punya berapa? Kamu? Aku yang tanya duluan. Jawablah.
Ji a mengucapkan selamat tidur pada orang tuanya kemudian jalan ke kamarnya. Selamat tidur, putriku. Balas Yu Sin. Padamkan lampu kamarmu. Hari ini jangan baca buku. Pesan Pi Young. Ji a mengiyakan. Selamat malam.
Pi Young duduk dan menaruh gelasnya. Yu Sin mengambilnya dan meminumnya. Mau segelas lagi? Tawarmya. Yu Sin menolak. Aku dengar kau ke tempat tinggal Ibuku. Yu Sin mengangguk membenarkan. Itu kenangan menyakitkan bagiku, jadi, saya tidak ingin menceritakan rincian soal keluargaku.
Yu Sin mengaku mengerti. Aku tahu kau sungguh menderita dan terluka. Kamu tidak suka ayahmu?
Pi Young pikir kalo ia nggak berselingkuh, ia nggak akan tewas dalam kecelakaan. Alih-alih menyesalinya, saya lebih merasa menyayangkannya.
Cobalah memaafkan ibumu. Saran Yu Sin. Seseorang dapat berbuat salah dan ibumu cuma nggak dapat terima, bukan berbuat salah. Kau tahu? Tanya Pi Young. Yu Sin membenarkan. Pi Young mengayakan akan berusaha, tapi…tolong kau akal-akalan nggak tahu untuk sementara. Jangan bawa Ji a ke sana. Aku terpaksa bersikap dingin. Terlebih kini ini.
Yu Sin mengiyakan kalo itu keinginannya. Perasaanmu merupakan prioritasku. Pi Young berterima kasih. Dan maaf. Yu Sin membenarkan. Kamu semestinya minta maaf. Apa benar saya suamimu? Kamu nggak dapat percaya padaku? Kamu nggak boleh merahasiakan sesuatu dariku.
Pi Young membantah. Bukan rahasia… Aku cuma berat untuk menceritakannya. Aku tidak memiliki kerabat untuk mengisi kekosongan tugas ayahku.
Yu Sin mendekat dan memeluk istrinya. Kamu punya aku, Sayang. Menangislah kapan pun kau mau. Aku akan memelukmu. Bagaimana kalau ingin menangis dikala kau nggak ada? Tanya Pi Young. Haruskah kutahan? Yu Sin melepaskan pelukannya kemudian memandang Pi Young. Datanglah padaku di mana saja. Hubungi saya kapan pun kau butuh.
Pi Young mengaku sering membutuhkanmu. Saat bingkai foto waktu itu jatuh. Saat jaring nyamuk ruang baca terlepas. Yu Sin mengangguk membenarkan. Aku merupakan budak cintamu. Ia kemudian menggenggam tangan Pi Young dan menatapnya dalam. Orang yang terus bersamamu, bukanlah ibumu atau Ji a, namun aku. Mari menua dengan anggun bersama. Pi Young nangis dan memeluk suaminya.
Yu Sin melepaskan pelukannya dan meniadakan airmata Pi Young. Aku siapkan kolam mandi dulu. Pi Young mengangguk mengiyakan. Ok? Lah ia bingung. Apanya yang Ok? Yu Sin mengingatkan kalo sudah usang mereka nggak saling menggosok punggung. Pi Young mengaku malu.
Tunggu, Nona, kita ini suami dan istri. Kenapa mesti malu? Menunda terus. Pi Young berkilah mesti buat daftar putar lagu. Kau berdalih. Tuduh Yu Sin.
Pi Young membantah. Nggak, saya sungguhan. Lihat saja halaman resmi kami.
Yu Sin yang sudah di kamar mandi mengundang Pi Young. Sayang! Pi Young membuka pintu. Hmm? Yu Sin mengaku konyol sekali. Aku beli camilan manis jeruk kesukaanmu, namun lupa membawanya masuk. Di dingklik penumpang. Pi Young mengiyakan.
Pi Young ke parkiran dan malah mendapatkan buket bunga di mobil. Ia mengambilnya dan mencium aromanya. Ada kartunya juga. Hari ini juga saya mencintaimu, Suamimu yang Setia, Yu Sin. Ih terharu lihatnya.
Sementara itu di rumah Yu Sin sedang berendam sambil menyimak lagu. Lagu yang indah. Bisakah saya minta anggur? Pi Young tiba dan membawakannha. Kamu yang terbaik. Puji Yu Sin sambil menghunus jempolnya. Pi Young duduk di sebelah Yu Sin dan mereka pun bersulang.
Jantungku berdebar. Keluh Yu Sin sehabis meminum anggurnya. Jangan diminum. Larang Pi Young khawatir. Yu Sin membantah. Enggak, bukan alasannya anggur. Karena melihatmu menyerupai ini. Pi Young tersipu. Kau ingat dikala kali pertama kucium keningmu? Tanya Yu Sin. Pi Young mengangguk.
Yu Sin minta Pi Young untuk masuk. Nggak dingin. Pi Young menolak. Nggak dingin. Kenapa kedinginan di kamar mandi? Yu Sin menganggak gelasnya dan kembali meminta. Masuklah ke kolam mandi, wahai Sa Pi Young sayang!
Keduanya tertawa. Nama pemberian ayahmu terkesan… Romantis? Sepertinya ia punya selera. Tapi untuk wajah, saya lebih baik dibandingkan dengan ayahmu, kan? Pi Young cuma diam. Yu Sin mememparinya pakai air. Kenapa nggak menjawab? Pi Young tertawa. Masuklah. Sudah kadung basah. Tutup matamu. Pinta Pi Young.
Mau menuang anggur? Tanya Yu Sin. Pi Young membantah. Yu Sin menurutinya dan memejamkan matanya. Jangan berani-berani mengecewakanku.
Pi Young bangun dan mencium pipi Yu Sin. Saat mau pergi secara tiba-tiba Yu Sin menahan tangannya. Lepas. Nanti anggurnya tumpah. Kenapa dilepas? Aku bukan orang lain. Masuklah, Sa Pi Young!
Dan kita disuruh keluar. Pi Young berteriak. Astaga! Dan ia kecebur.
Hye Ryeong sedang mengendarai mobilnya. Kesal banget sama pesan Sa Hyun. Jangan menungguku. Aku banyak pekerjaan.
Hae Ryun menertibkan alarm jam 06.30 kemudian tidur. Shi Eun berlangsung ke wilayah tidur kemudian berbaring di sebelahnya. Hae Ryun cuma membisu hingga dikala Shi Eun mendekat dan memeluknya.
Hye Ryeong berbelanja roti sebelum mengunjungi kantor Sa Hyun. Sesaat sebelum membuka pintu ia membayangkan Sa Hyun sedang berciuman dengan perempuan lain. Tapi dikala ia membukanya Sa Hyun beneran sedang kerja. Ia pun tersenyum dan mendekat. Aku nggak dapat tidur, ketakutan kau lapar. Ia mendekat dan menaruh foto nya di atas meja.
Besok kerja pukul berapa? Tanya Sa Hyun. Hanya ada siaran rutin. Jawab Hye Ryeong. Ia juga memberinya kopi. Korea mungkin satu-satunya negara dengan kafe yang buka 24 jam. Sa Hyun membenarkan dan meminumnya.
Hye Ryeong menanyakan makan malam apa tadi?
“Nasi dan sup.”
Hye Ryeong membukakan rotinya. Kasihan sekali, pengacaraku. Aku makan nanti sehabis selesai. Hye Ryeong mendekat dan menyindir; Kamu nggak senang melihatku?
Tentu saja senang. Jawab Sa Hyun. Tapi tampaknya enggak.sindir Hye Ryeong. Sa Hyun meninggalkan pekerjaannya dan memandang sang istri. Apa mulutmu akan gatal kalau nggak merengek setiap hari? Hye Ryeong membenarkan. Ya, gatal.
Sa Hyun tertawa mendengarnya. Hye Ryeong mendekat dan menciumnya. Lah habis itu ia malah kembali kerja. Kau dapat kerja di rumah. Protes Hye Ryeong. Sa Hyun mengaku nggak dapat konsentrasi dan ini mesti diperbaiki.
Hye Ryeong malah membayangkan berciuman dengan Sa Hyun. Ia tersenyum dan menjamah bahu Sa Hyun. Di luar ada sofa? Tanyanya dengan bunyi menggoda. Ih Sa Hyun malah menyuruhnya untuk pulang. Aku tuntaskan ini. Hye Ryeong tetap nggak mau menyerah. Ia memandang Sa Hyun sambil tersenyum. Sa Hyun tersenyum menatapnya. Kulitmu dapat rusak kalau nggak tidur, kan?
Paginya ibunya Yu Sin membangunkan ayah dan menyuruhya untuk makan Pil herbal. Ayah cuma melihatnya. Bentuknya jelek menyerupai kata Ji-a. Apa maksudmu? Tanya ibu.
Ayah nggak mau. Apa kata orang lain kalau tahu saya minum obat tradisional. Puluhan tahun saya menjadi dokter. Ibu memberitahu kalo itu obat peningkat daya tubuh. Ia menyuapkannya ke verbal ayah. Kunyah yang lama.
Bagaimana kalau saya hidup usang alasannya mengkonsumsi ini? Tanya ayah. Kau mesti hidup lama. Pinta ibu. Aku cuma punya kau. Kenapa? Ada Yu-sin, juga ibunya Ji a…
Ibu membenarkan kalo semua anggota keluarga itu penting. Tapi kau lebih dari keluarga. Ayah menggenggam tangan ibu. Teman-temanku cuma tinggal separuh yang masih hidup. Tapi katanya saya penyelamat negara di kehidupan sebelumnya.
Ibu memamerkan minuman pada ayah. Bukankah Pak Hwang menikah lagi dengan perempuan 42 tahun? Tanya ibu. Ayah nggak acuh. Siapa yang peduli kalau ia berumur 30 atau 40 tahun? Sambil menepuk lengan ibu ayah bilang; Apa ada perempuan sepertimu?
Ayah memamerkan gelasnya pada ibu dan ibu meletakkannya di atas meja. Kamu percaya nggak akan membenciku alasannya hidup panjang umur? Tanya ayah. Tapi ibu bilang; Justru saya akan murka kalau kau pergi lebih dulu. Aku nggak akan biarkan kau pergi. Ayah mengiyakan dan menepuk tangan ibu. Belakangan ini, saya merasa dapat hidup hingga 100 tahun.
Ibu tersenyum dengarnya. Benarkah? Ya. Ayah mengiyakan. Kondisiku bagus berkat kamu. Ibu tersenyum kemudian memijat lengan ayah. Ayah menahan tangannya. Ia gantian memijat ibu meski ibu bilang kalo badannya nggak sakit. Diam saja. Badanmu akan terasa segar.
Ayah nyuruh ibu berbalik dan memijat punggungnya. Kebaikan mesti dibalas kebaikan. Ibu merasa kalo ayah sarat cinta dan kebaikan, Dokter. Apa kau tak dapat berhenti memanggilku “Dokter”? Tanya ayah. Ibu bersandar di bahu ayah dan mengaku ingin hidup dan mati menyerupai ini.
Bersambung…