Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 2 Part 2, Silahkan membaca daftar selengkapnya di goresan pena yang ini. Dan juga lihat Episode sebelumnya baca di sini.
Shi Eun sedang mengolah makanan di dapur. Hae Ryun keluar dari kamar dan menatapnya. Ia menampilkan untuk memanaskan susu? Hae Ryun menggeleng. Bisa kau katakan pada anak-anak? Tanyanya. Shi Eun yang sedang mengocok telur eksklusif terhenti. Atau saya saja? Tawar Hae Ryun. Shi Eun menaruh sumpitnya dan memandang suaminya. Kamu bersungguh-sungguh? Kau sakit parah, kan? Jujurlah. Aku bukan orang lain untukmu.
Hae Ryun menekankan kalo bukan itu.
Hae Ryun membenahi sprei. Shi Eun menghampirinya. Kamu kena masalah? Nggak sengaja kontak fisik di saat makan malam bareng dan ada yang lapor pelecehan? Atau kena tipu uang? Ada yang menampung isu jelek di media massa? Hae Ryun membantah semuanya. Sudah kubilang, kita sudah terlalu usang menikah. Sudah cukup.
Shi Eun merasa nggak habis pikir. “Sudah cukup”? “Terlalu lama”? Hae Ryun duduk. Lalu pasangan bau tanah lain? Kamu sungguh ingin menyelesaikan ini? Hae Ryun menyudahi. Aku yang mau beri tahu bawah umur dan mengorganisir berkasnya. Berkas perceraian? Tanya Shi Eun. Hae Ryun mengangguk membenarkan.
Shi Eun terduduk. Aku mengabdikan diriku untuk ini? Setelah ijab kabul berat itu, pada balasannya saya dibuang. Kau nggak berpikir bawah umur akan terluka? Kita pisah rumah sementara. Jangan urus berkas itu.
Hae Ryun merasa kalo Si Eun nggak menyerupai dirinya. Kamu orang yang tenang. Shi Eun memotong. Aku bersikap hening kalau itu kendala kita. Tapi bawah umur nggak boleh terguncang. Ini masa sensitif mereka.
Hae Ryun memberitahu kalo di luar negeri…dan di negara kita, ada dua jenis keluarga bercerai. Sebagian besar bawah umur yang berkembang berurusan dengan orang bau tanah tunggal. Ada juga yang baik-baik saja di keluarga nggak utuh.
Ada perempuan lain? Tanya Shi Eun. Kamu nggak mungkin menyerupai ini. Hae Ryun membantahnya. Shi Eun mendesak Hae Ryun untuk menjadikannya mengerti. Aku turuti kalau kau bisa membuatku mengerti.
Nggak apa kalau saya jujur? Tanya Hae Ryun. Aku benci amis koyokmu. Aku nggak mau menciumnya lagi. Puluhan tahun melakukan pekerjaan dengan komputer, pekerjaan rumah tangga tanpa asisten. Pergelanganmu melemah. Setiap kali saya melihatmu memakai koyok di tangan dan jari, bahkan mencium baunya di kasur…membuatku berpikir,
aku mengenaskan dan nggak berdaya. Andai kau nggak mengenalku dan bersamaku, kanu akan menua dengan cantik. Aku telat menyesal. Pikiranku sudah menjadikanmu buruk, membuatku ingin berhenti merasa berdosa. Orang nggak berkhasiat sepertiku cuma bisa melaksanakan ini. Aku nggak ingin menyampaikan ini. Aku tahu kau akan sungguh tersakiti. Aku nggak akan menenteng apa pun. Ini rumah yang didapat dari kerja kerasmu. Gajiku cuma bisa mengeluarkan duit sekolah anak-anak. Kamu juga tahu, saya nggak bisa berbelanja tas bermerek menyerupai orang lain.
Apa saya pernah iri wacana itu? Tanya Shi Eun. Hae Ryun tetap melanjutkannya. Kamu cuma mengenakan baju murah dari pinggir jalan dan melakukan pekerjaan keras. Karena itu kita punya rumah patut di sentra kota Gangnam. Aku manusia, juga pria. Tapi hidup dengan rasa bersalah dan nggak tahu malu, ada kalanya menjadi di luar kontrol dan saya ingin menghindar. Ini berat untukku. Baru kini saya mengatakannya. Kamu juga wanita. Kamu niscaya ingin pakai baju bagus dan sepatu yang nyaman. Tubuhmu lelah, rumah dipenuhi naskah, dan entah kapan kali terakhir kau tertawa lepas. Kamu cuma senyum pada anak-anak.
Shi Eun nangis dengarnya. Hae Ryun menghela nafas berat. Ini bukan dendam. Kecuali saya menang lotre, saya nggak punya apa pun untuk diberikan kepadamu. Mianhae. Mianhae. Saat itu keduanya nangis.
Sampai terdengar bunyi air mendidih. Kayaknya. Shi Eun mengiyakan. Dia nyuruh Hae Ryun untuk merencanakan berkasnya. Aku yang mau menginformasikan anak-anak. Ia kembali ke dapur dan mematikan kompor. Sambil menahan tangis ia lanjut mengocok telur setelah memberinya bumbu.
Wu Ram yang gres bangkit tidur menghampirinya. Shi Eun mengucapkan selamat pagi pada putranya. Aku boleh keramas? Tanya Wu Ram. Shi Eun mengiyakan. Jika Hyang-gi bangkit minta beliau pakai kamar mandi utama. Shi Eun kembali mengiyakan sambil memaksakan senyumnya.
Dan setelah Wu Ram pergi Shi Eun menggoreng telurnya. Rasa Sakit yang ia tajam balasannya ia tumpahkan dalam tangis. Ih telurnya gagal.
Hye Ryeong duduk sambil membaca pesan di ponselnya. Pi Young menghampirinya dan menanyakan Si Eun padanya. Lah Hye Ryeong pikir malah Shi Eun bareng Pi Young. Pi Young memberitahu kalo beliau menghilang setelah selesai siaran. Hye Ryeong mau menelponnya namun Pi Young meyakinkan kalo nggak akan dijawab. Apa teleponnya terhubung? Tanya Hye Ryeong. Pi Young mengiyakan. Hye Ryeong pikir nggak mungkin beliau nggak pamit. Hari ini beliau terlihat lebih lesu. Kemarin belum berbaikan?
Pi Young rasa kelihatannya begitu.
Hye Ryeong dan Pi Young berada di lift. Badan suamimu masih bagus? Tanpa perut buncit? Tanya Hye Ryeong. Pi Young mengangguk membenarkan. Hye Ryeong pikir harusnya ia nggak tenang. Dia sungguh tampan. Pasien dan suster mungkin akan menggodanya.
Pi Young cuma tersenyum. Suamiku… . Mendadak ia terhenti. Hye Ryeong memintanya untuk melanjutkannya. Di rumah, beliau mesra denganku dan Ji a. Tapi di rumah sakit, katanya menyerupai harimau.
Hye Ryeong merasa kalo Pi Young niscaya senang. Suamimu juga begitu, kan? Tanya Pi Young. Hye Ryeong memberitahu kalo suaminya sungguh lembut. Baik dan hatinya lembut. Itu yang membuatku ingin menikahinya, namun ada yang saya sayangkan setelah hidup bersamanya.
Apa itu? Tanya Pi Young. Hye Ryeong mengaku harap…dia lebih maskulin.
Pintu lift terbuka. Mereka keluar dan berpapasan dengan Jo Wung. Kenapa belum pulang? Tanya Jo Wung. Mereka menanyakan Shi Eun Padanya namun Jo Wung mengaku nggak tahu.
PUSAT MEDIS SENTRAL SIN
Yu Sin meninggalkan rumah sakit. Seseorang menelponnya di saat ia naik ke mobil. Ya? Nggak bisa hari ini. Ada janji. Ya. Ia menyalakan mesin mobilnya dan pergi. Tapi gres sebentar ia berhenti lagi. Seseorang menelponnya lagi. Mau ke mana? Bagaimana demammu? Makan apa? Jangan makan. Biarkan kau berkeringat. Nanti saya mampir. Ya. Baiklah.
Pi Young sedang berbelanja. Mendadak ada yang memanggilnya di belakang. Bu! Hari ini nggak beli buah bit? Pi Young berbalik dan terkejut lihat orang yang memanggilnya. Kejutan! Dih terkejut banget. Ternyata beliau Yu Sin. Sedang apa di sini? Yu Sin mengaku ingin makan salad buah bit produksi Sa Pi-young. Ia kemudian memasukkannya ke troli Pi Young.
Pi Young kayak nggak percaya. Ia bisa mengirim pesan. Kau ke sini untuk berbelanja bahannya? Yu Sin mengiyakan. Keduanya berlangsung bersama. Pi Young masih nggak percaya dan menyaksikan sekitar. Yu Sin tertawa melihatnya. Pi Young menghampirinya. Jujur saja, ada apa ini? Yu Sin merasa kalo sudah usang mereka nggak berbelanja bareng dan ia tahu Pi Young belanja di sana.
Bagaimana kalau nggak bertemu? Tanya Pi Young. Yu Sin mengaku percaya firasatnya. Aku percaya kita akan bertemu. Kamu nggak suka? Pi Young tersenyum sambil menjamah pipi suaminya. Tentu saja suka. Aku nyaris tak kemari alasannya kau ada janji. Dibatalkan? Yu Sin membantah. Ini perjanjian dengan diriku sendiri. Pi Young tersenyum senang dan menepuk lengan Yu Sin.
Yu Sin menyaksikan belanjaan Pi Young. Sudah semua? Kurang daging. Jawab Pi Young. Yu Sin malah menggodanya. Daging kesukaan putrimu atau kesukaan suamimu? Daging kesukaan suamiku?
Mereka mengunjungi wilayah daging. Pi Young memesan daging steik dan daging panggang masing-masing satu kilogram. Penjualnya mengiyakan. Tapi mungkin sekitar 20 menit lagi alasannya daging gres dipotong. Silakan berbelanja sambil menunggu. Pi Young mengiyakan.
Keduanya kembali berkeliling. Nggak bisakah kau belikan suamimu ini tteokbokki. Ada di sana, kelihatannya enak.
Akhirnya mereka makan tteokbokki bersama. Enak, kan? Tanya Yu Sin. Pi Young mengiyakan. Lebih yummy alasannya makan bareng suamimu. Itu maksudku. Kata Pi Young.
Yu Sin menanyakan bagaimana kalau kencan kilat? Pi Young tersenyum dan mengaku senantiasa ingin melaksanakan itu. Tapi suamiku senantiasa sibuk. Yu Sin prospektif akan mengusahakan. Pi Young tersenyum sambil memandang Yu Sin.
Yu Sin mengambil sendoknya dan menyuapi Pi Young dengan kuah. Habis itu giliran Pi Young yang menyuapi Yu Sin. Bukankah ini kebahagiaan? Tanya Yu Sin. Lebih dari itu. Jawab Pi Young. Yu Sin sesumbar kalo jarang ada suami menyerupai dirinya. Pi Young mengaku tahu. Dan nggak ada istri sepertimu di dunia ini. Tambah Yu Sin sambil membelai pipi istrinya. Kau serius? Yu Sin mengiyakan.
Pi Young mendekat dan membisikkan sesuatu di indera pendengaran Yu Sin. Saranghae. Yu Sin tersenyum mendengarnya. Ia kemudian membalasnya dengan memberi kecupan di pipi Pi Young. Ih Pi Young kaget. Orang-orang menyaksikan kita. Yu Sin nggak peduli. Memang kenapa? Anak muda malah melaksanakan yang lebih dari itu. Tapi kita juga masih muda. Keduanya kembali tertawa.
Yu Sin mengirim Pi Young hingga mobilnya dan memasukkan belanjaannya. Mereka kemudian berpisah.
Wu Ram gres aja turun dari bus. Hyang Ki menghampirinya. Ibu menyuruhku menculikmu.
Pi Young hingga di parkiran. Yu Sin mengirim pesan. Maaf. Aku sanggup kabar ayah temanku wafat hari ini. Aku akan mampir sebentar. Pi Young mengiyakan. Yu Sin mengirim pesan lagi. Sisakan saya daging makan malam. Pi Young tersenyum membacanya. Tentu saja.
Hyang Ki dan Wu Ram menghampiri ibunya di suatu restoran. Kapan Ibu datang? Tanya Hyang Ki. Sekitar sepuluh menit lalu. Jawab Shi Eun. Kalian lapar, kan? Wu Ram mengiyakan. Hyang Ki menegur adiknya. Kenapa kau nggak sopan begitu? Nanti menjadi kebiasaan. Wu Ram membalikkan. Kamu juga kadang bicara informal. Jangan nggak tahu malu. Bersikaplah menyerupai jentelmen. Apa itu? Bersikap sopan dan serius. Shi Eun tersenyum memandang mereka.
Boleh pesan semua yang saya mau? Tanya Wu Ram pada ibunya. Shi Eun mengiyakan. Ayah telat datang? Tanya Hyang Ki. Shi Eun memberitahu kalo hari ini, kita bertiga saja.
Hae Ryun keluar dari lift sambil tersenyum. Ia kemudian menekan bel pintu. Seseorang membukakan dan ia masuk ke sana.
Makanannya datang. Hyang Ki dan Wu Ram senang. Mereka merasa kalo hari ini luar biasa. Hyang Ki menyampaikan bab ibunya. Wu Ram protes. Bagi tiga sama rata. Nanti jelek. Kata Hyang Ki. Shi Eun nyuruh mereka untuk makan berdua.
Hyang Ki dan Wu Ram memakannya bersama. Hyang Ki menyampaikan sesendok pada ibunya. Wanita niscaya suka sajian penutup. Shi Eun tersenyum dan mengambilnya.
Hyang Ki mengambil ponselnya dan meriksa foto yang ia kirim ke ayahnya. MAKAN DI RESTORAN BERSAMA IBU DAN WU RAM. AYAH LAIN KALI IKUT, YA!
Heran. Ayah belum menyaksikan fotonya. Wu Ram pikir ayah niscaya sibuk. Shi Eun meminta mereka untuk menyimak sambil makan. Ayahmu dan ibu…sudah terlalu usang bersama, jadi, kami pastikan hidup terpisah. Kami kenal sejak 3 SMA. Sudah 31 tahun. Hidup bareng selama tiga dekade sudah jarang terjadi belakangan ini. Kami cuma hidup terpisah dan sesekali bertemu. Pada selesai pekan, kita bisa berjumpa menyerupai ini.
Hyang Ki dan Wu Ram konsentrasi sama ibunya. Apa maksudnya? Tanya Hyang Ki. Seperti kata ibu. Ibu nggak akan menyibukkan Ayah yang pergi. Tapi nggak ada yang tahu. Kami mungkin kembali bareng tahun depan. Bagaimanapun, itu keputusan kami sekarang. Jadi, tolong pemahaman kalian. Manusia akan mati, juga ada yang terluka parah setelah pergi dalam kondisi baik. Ini masih lebih baik dibandingkan itu, kan? Justru kalau berjauhan, akan semakin rindu dan tahu pentingnya keluarga. Juga semakin mesra. Sepertinya Ayah sungguh menderita. Kita biarkan beliau istirahat.
Hyang Ki menyerupai nggak nyangka. Ayah menderita hidup dengan kita? Shi Eun merasa kalo ayah mereka niscaya letih dengan pekerjaannya. Ayah tak cuma mengajar murid-murid saja, ‘kan? Dia juga laksanakan pekerjaan lain.
Wu Ram berpikir kalo Ibu lebih menderita ketimbang Ayah. Shi Eun .emberi pengertian. Kalo ibu cuma pekerja lepas, nggak menyerupai ayahmu. Tapi Ayah juga tak laksanakan pekerjaan rumah. Protes Hyang Ki. Shi Eun menjajal untuk menerangkan kalo ada banyak cara hidup. Sama menyerupai kamu, Hyang-gi, kau mengambil cobaan CSAT lagi walaupun sudah diterima di jurusan Teater dan Film. Kami juga menghormati keinginanmu.
Hyang Ki nggak terima. Ibu pikir sama dengan masalahku? Kalian nggak akan bercerai, kan? Shi Eun termangu sehingga Hyang Ki pikir itu benar. Shi Eun memberitahu kalo itu cuma secara tertulis. Hyang Ki nggak percaya. Mustahil.
Shi Eun memberitahu anak-anaknya kalo hidup orang cukup umur itu nggak mudah. Sampai di saat ini, kami juga kadang-kadang merasa berat alasannya kalian. Benar, kan? Sekarang giliran kalian. Mungkin kalian pikir ayahmu dan ibu sedikit menghasilkan kalian kesal. Hyang Ki merasa kalo ibu nggak bersalah. Shi Eun menekankan kalo ini bukan dilema salah atau enggak. Hidup bareng terlalu lama, bukankah itu membuatmu bosan? Kalian juga tahu, kami sungguh jarang bertengkar. Kami ingin hidup berlainan dari yang sekarang.
Hyang Ki mulai nangis. Ia mengaku nggak yummy menanyakan ini di depan Wu Ram. Ayah punya perempuan lain? Shi Eun Membantah. Menurutnya itu tak mungkin. Ia tahu benar itu. Sama menyerupai menopause pada wanita, bisa dikatakan para lelaki punya masa puber lagi. Karena itu, tolong mengetahui kami. Dia ayah kalian yang selamanya hidup demi keluarga.
Wu Ram dan Hyang Ki nampak terpukul. Begitu juga dengan Shi Eun. Tapi ia nggak ingin memperlihatkannya pada anak-anaknya. Sambil memaksakan senyumnya ia mengajak mereka untyk makan. Sepertinya ibu lebih lega kalau mengorganisir kalian berdua.
Ibu serius wacana hal itu? Tanya Hyang Ki yang masih belum yakin. Shi Eun mengiyakan. Ibu merasa agak bersalah bilang begini, namun ibu merasa lega.
Hye Ryeong sedang bermain drum. Ia nampak sungguh menikmatinya. Mendadak telponnya bunyi. Dari ibu mertuanya yang menanyakan keberadaannya. Di rumah? Hye Ryeong memberitahu kalo ia belum pulang.
Mereka ketemuan. Ibu mengaku dari konferensi alumni. Kali ini acaranya di Seoul? Tanya Hye Ryeong. Ibu mengiyakan. Sa Hyun senantiasa pulang terlambat? Harusnya lebih santai alasannya di kantor seniornya. Hye Ryeong memberitahu kalo beliau berolahraga dulu. Perutnya mulai buncit.
Ibu membantah. Buncit, apanya? Dia keren pakai baju setelan. Hye Ryeong pikir kalo nggak dari sekarang, nggak usang lagi akan menjadi buncit. Ibu pikir pekerjaannya nggak mesti berjumpa orang, dan merasa kalo Hye Ryeong yang menyuruhnya? Hye Ryeong membenarkan. Itu demi kesehatan putra bungsu Ibu. Ibu merasa ebih baik tidur berjam-jam lebih lama. Dia terus melakukan pekerjaan di firma aturan yang lama. Hye Ryeong memotong. Karena itu, akhir-akhir ini kondisinya bagus alasannya olahraga.
Mendadak ibu menyinggung kendala itu lagi. Omong-omong, kenapa kalian tak memikirkannya lagi? Hye Ryeong yang sedang mengupas apel eksklusif berhenti. Ibu menyarankan biar mereka melakukannya dua kali di saat kondisi prima…nggak, sekali saja. Nggak usang lagi kau 40 tahun. Sudah telat kalau berubah anggapan pada usia itu. Kini yang tepat.
Hye Ryeong menaruh buahnya dan memandang ibu. Ibu tahu apa usulan kami. Kami sudah memutuskannya sebelum menikah. Bukankah kau yang memutuskannya? Sindir ibu. Anakku nggak pernah berpikir nggak mengharapkan anak. Mungkin di saat SMP? Dia ingin dua putra dan dua putri.
Hye Ryeong menasehati kalo ibu nggak boleh begitu pada anak sendiri. Ibu kesal. Apa? Ini juga bukan hal yang nggak bisa kau lakukan. Ada yang bilang, kalo kesanggupan keterangan ibu, perilaku tak hirau ayah, kemudian keuangan kakek yaitu syarat masuk kuliah. Kamu cerdas, suamimu nggak banyak bicara, kemudian keuangan kakek. Kamu punya semuanya. Kamu cukup berubah pikiran.
Hye Ryeong nampak kesal namun ibu sama sekali nggak mau berhenti. Entah anak perempuan atau laki-laki, namun saya lebih senang anak laki-laki. Lantas, kuwariskan terhadap siapa lapangan golf itu?
Hye Ryeong mengingatkan kalo Byeol-hui dan Hae-ri bisa mengurusnya. Apa kau tidak punya ambisi? Tanya ibu. Kalau mereka menikah, ayah mertuamu akan selamanya ikut campur rumah tangga orang lain.
Hye Ryeong menyampaikan potongan apel ke ibu. Makanlah. Ibu meminta Hye Ryeong untuk untuk menjajal menimbang-nimbang dan jangan dengarkan saja. Biarkan ayah mertuamu bernapas lega. Khususnya alasannya suamimu anak bungsu. Dia niscaya sungguh senang kalau kalian punya satu anak. Mungkin juga akan berikan kalian semuanya tanpa pikir panjang. Kau tahu sifatnya, kan? Hye Ryeong asal mengiyakan.
Ibu menasehati kalo nggak ada salahnya dengar ucapan orang tua. Apa yang dimimpikan Ayah? Tanya Hye Ryeong. Ibu cuma menghela nafas. Hhh
Sa Hyun meninggalkan kantor. Ibu nelpon. Ibu mengeluhkan kalo tadi mampir, namun nggak berjumpa dengannya.
Ayah menghampiri Dongmi dan memberinya makanan. Sambil memandang bulan ayah bertanya-tanya bagaimana kabar Dongmi yang asli.
Ayahnya Yu Sin menyalakan musik dan mengundang istrinya. Dongmi! Ibu mengiyakan dan menghampiri ayah. Mereka pun mulai berdansa. Sudah usang kita tak berdansa. Mau berpesiar? Kemampuan dansa kita belum menurun. Ibu tertawa dengarnya. Boleh saja. Tapi apa berpesiar nggak melelahkan? Nggak akan. Ibu tertawa dan setuju. Bukankah lebih bagus pergi bareng Yu Sin dan keluarganya juga?
Ayah pikir Yu Sin bisa luangkan waktu, namun Pi Young susah untuk mengambil cuti. Kalo begitu, ajak Ji a dan Yu Sin saja. Saran ibu.
Malam sebelum tidur Shi Eun memberitahu Hae Ryun kalo ia sudah bicara pada anak-anak. Hyang Ki bilang apa? Tanya Hae Ryun. Nggak banyak. Jawab Hae Ryun. Ia memberitahu kalo pekan ini ia akan berkemas. Apa kau sungguh ingin pergi dariku dan anak-anak? Tanya Shi Eun. Hae Ryun membantah. Lantas? Hae Ryun mengaku kalo selama ini perasaannya nggak menentu.
Pi Young menyuguhkan kuliner untuk sarapan anak dan suaminya. Aku bisa masak telur menyerupai Ibu di saat besar nanti, kan? Tanya Ji a. Mungkin kau akan lebih jago ketimbang ibu. Jawab Pi Young. Ji a merasa kalo kelihatannya ia sudah tua. Kenapa? Tanya Pi Young. Ji a mengaku mulai suka dedaunan ini.
Yu Sin dan Pi Young tertawa mendengarnya. Ia memberitahu kalo bukan Ji a yang menua. Tapi keterampilan ibumu memang luar biasa. Ayah juga nggak suka makan salad di luar. Mulai dari sausnya! Kata Ji a. Yu Sin membenarkan.
Pi Young tersenyum dan memandang suaminya. Pagi-pagi perasaanku sudah senang berkat kalian. Ji a mengaku menjadi bergairah alasannya sarapan bareng Ayah. Ayah, hari ini saya mulai les bahasa Inggris lagi. Pengajarnya perempuan atau laki-laki? Tanya Yu Sin.
“Wanita.”
Ji a memberitahu kalo hari ini mungkin perkenalan diri. Yu Sin berpesan biar Ji a jangan gemetar. Tidak akan. Kata Ji a.
Bersambung…
