Drama Korea – Sinopsis Love (ft. Marriage and Divorce) Episode 2 Part 3, Bisa Kalian untuk lihat daftar selengkapnya di goresan pena yang ini. Sekaligus untuk lihat Episode sebelumnya baca di sini.
Pi Young menghampiri Jo Wung. Rating mereka naik. Pi Young pikir itu berkat Jo Wung. Jo Wung membantah. Itu berkat Pi Young dan Bu Lee. Kali ini kalian kompak. Nona Boo juga tidak mengecewakan menonjol.
Pi Young mengingatkan kalo bu Lee yakni penulis veteran di industri ini. Karena itu semua orang ingin melakukan pekerjaan dengannya. Jo Wung mengangguk membenarkan.
Siaran selesai. Sekarang giliran tim mereka. Hye Ryeong dan Shi Eun masuk.
Ibu berada di rumah sakit. Sepertinya akan menjalankan pemeriksaan. Sudah lepas semua jepit ramput? Nggak pakai gigi palsu, kan? Tanya perawat.
Siaran akan secepatnya dimulai. Shi Eun mulai sibuk menulis. BACA DUA ATAU TIGA KISAH (ULASAN SEDERHANA) DAN KIRIM VOUCER KOPI
Kepala ibu di pindai.
Seperti biasa, mereka bertiga berbincang-bincang seusai siaran. Lee jagganim, apakah saranku berguna? Choi Min secara tiba-tiba mengirim pesan ke Hye Ryeong. Di studio?
“Sepertinya ada yang jatuh.”
“Apa yang jatuh?”
“Kecantikanmu.”
Dari Choi Min? Tanya Pi Young. Dia sudah gila. Kenapa menggodamu? Dia niscaya tahu kau sudah menikah. Kalian nggak akrab, kan?
Hye Ryeong membenarkan. Dia anggap saya ini apa? Pi Young berpikir kalo nampaknya beliau nggak peduli statusmu alasannya yakni cantik. Hye Ryeong membantah. Itu kalo ia secantik dirinya.
Choi Min kembali mengirim pesan. Katanya pengilap bibirnya tertinggal. Pi Young mengaku sudah menduga. Salah-salah sanggup menjadi pelecehan. Hye Ryeong cuma tersenyum.
Pi Young beralih pada Shi Eun. Kamu sudah berbaikan dengan suamimu? Shi Eun memberitahu kalo beliau minta cerai. Aku setuju. Hye Ryeong dan Pi Young terkejut dengarnya.
Sementara itu di kelas Wu Ram nampak sedih. Ji a sedang menceritakan wacana keluarganya dengan bahasa Inggris. Jadi, keluargaku ada tiga orang. Aku, ibuku, dan ayahku. Jadi, apakah mesti kuceritakan wacana keluargaku?
Guru mengiyakan dan menyuruhnya untuk melanjutkan. Ji a pun melanjutkannya setelah sebelumnya memandang Wu Ram. Jadi, ibuku bakir memasak, jadi, saya sungguh suka masakannya. Ibu melakukan pekerjaan selaku produser siaran, mengendalikan program musik. Ayahku seorang dokter. Dia menyembuhkan banyak orang. Terima kasih.
Semua orang bertepuk tangan.
Saat pulang sekolah Ji a duduk di sebelah Wu Ram di dalam bus. Kamu ingin menjadi apa dikala sampaumur nanti? Tanya Ji a. Orang yang menepati janji. Bukan penghianat. Jawab Wu Ram. Bukan pengkhianat.
Ji a memberitahu kalo yang ia maksud bukan kepribadian, namun pekerjaan. Wu Ram menanyakan meski ia menjadi anak yang malang atau susah, kau masih mau berteman denganku? Ji a mengiyakan. Sekali berteman, tetap berteman selamanya. Selama kita tidak bertengkar. Bertengkar pun tetap berteman? Tanya Wu Ram.
Ji a menjawabnya dengan tersenyum.
Pi Young dan Hye Ryeong sedang bermain golf. Pi Young mengaku nggak sanggup pukul dengan benar alasannya yakni pikirannya kacau. Hye Ryeong juga. Ini mustahil, kan?
Keduanya duduk. Profesor Park masih prima. Mungkinkah ada mahasiswi yang bergantung padanya? Tanya Hye Ryeong. Menurutnya banyak perempuan suka pada dosennya. Cinta pertamanya juga guru bahasa Inggris.
Pi Young pikir niscaya sudah tertangkap berair kalo memang iya. Mana mungkin tak tertangkap berair apabila sudah serumah. Wanita sanggup sungguh peka. Si Eun niscaya sudah kehilangan daya tariknya. Sampai nggak ingin hidup bareng lagi? Tanya Hye Ryeong. Pi Young mengangguk. Sudah sering saya suruh beliau berdandan. Benar. Ini dialog di antara kita berdua, namun keterlaluan untuknya.
Apa kau nggak sanggup berjumpa dan bicara pada suaminya? Tanya Hye Ryeong. Kamu bilang sering makan bersamanya. Pi Young mengingatkan kalo bukan keluarga, mana berani ikut campur. Umurnya juga lebih tua.
Hye Ryeong menyayangkan. Padahal Si Eun hidup baik lebih dari siapa pun. Pi Young membenarkan. Bahkan nggak pernah menghabiskan duit untuk dirinya. Hye Ryeong merasa nggak mesti punya duit biar sanggup tampil keren.
Pi Young merasa kalo Hye Ryeong nggak berhak bicara begitu. Hye Ryeong mengaku juga punya banyak baju murah. Dari Rodeo Drive. Pi Young heran. Rodeo kau bilang murah? Hye Ryeong menghela nafas. Aku nggak akan membisu saja apabila menjadi Hyang Ki. Pi Young menyertakan kalo putranya juga baik menyerupai ibunya. Profesor Park juga seorang jentelmen.
Hye Ryeong merasa nggak habis pikir. Jentelmen mana yang bersikap begitu? Seharusnya beliau nggak mencampakkan istri yang sudah bersamanya.
Ibu mengunjungi rumah Pi Young sambil menenteng koper. Pi Young membukakan pintu dan memasang wajah sinis menyerupai biasa. Bolehkah saya masuk? Tanya ibu. Pi Young cuma diam. Ibu berlangsung masuk sambil menawan kopernya. Pi Young mengikuti. Lalu duduk mendahului ibu.
Ibu ikut duduk meski nggak dipersilakan. Suamimu belum pulang? Tanya ibu. Di mana Ji a? Bisa kau panggilkan? Aku bawa beberapa kado dari Filipina.
Pi Young tetap nggak bicara jadi ibu mengundang Ji a sendiri. Pi Young memberitahu kalo beliau pergi berenang dengan ayahnya. Ia kemudian memandang ibu tajam. Ibu, meski sanggup perbaiki barang, bukan memiliki arti sanggup perbaiki seseorang. Sepertinya Ibu nggak dengar ucapanku kemarin.
Ibu mengaku nggak tahu… sanggup hidup berapa lama lagi. Aku tahu perasaanmu. Tapi Ji a niscaya kadang-kadang rindu neneknya.
Pi Young meremehkan. Perasaan macam apa itu? Ibu melanjutkan. Seperti katamu, saya pergi atau enggak, tali darah tetap terhubung. Pi Young memberitahu kalo sudah semestinya kakek dan nenek menyayanginya.
Ibu menyadari kalo sebenarnya…ia nggak sanggup menjadi nenek kandungnya. Pi Young memandang ibu. Kamu menyayanginya meski nggak terhubung darah setetes pun.
Pi Young memberitahu kalo temanku ada yang bercerai, alasannya yakni perselingkuhan. Saat beliau ingin pisahkan putranya cuma untuk balas dendam, saya larang beliau memutus relasi kasih sayang. Ibu nggak akan sanggup mengambil alih tugas ayah. Ada relasi Istimewa antara seorang anak dan ibunya. Itu berlainan dengan ikatan mereka dengan ayahnya. Ibu tak tahu itu?
Ibu terdiam. Pi Young berpikir kalo ia mujur terlahir di negara ini. Orang renta tidur bareng anaknya yang gres lahir. Setelah berada di perut ibunya yang hangat, bayi itu terlahir ke dunia yang dingin. Bayangkan bayi yang gres lahir tidur sendiri di kamar kosong tanpa kehangatan atau cinta. Bagaimana perasaannya? Mungkin saja beliau panik. Orang sampaumur juga kadang-kadang bergejolak alasannya yakni kesepian. Apa yang mesti dijalankan anak yang rindu sentuhan seseorang? Itu yang saya pertimbangkan dikala merindukan Ayah. Aku mungkin terdengar sudah mengatasinya, namun belum. Aku akan merindukannya hingga mati. Aku menyayangkannya. Anak perempuan akan menyontek perlakuan ibu pada ayahnya, dan menimba ilmu cara menjadi istri, serta apa yang mesti dicari pada pria. Anak lelaki akan menyontek ayahnya dan menjadi lelaki sejati. Apa yang memberi Ibu hak untuk cuma mempertimbangkan dendammu dan menelantarkan anakmu? Manusia butuh dua makanan. Makanan yang bikin kenyang dan cinta yang mengisi jiwa. Harusnya saya cukup menemukan cinta. Tapi Ibu mengambil satu makananku. Kamu mengabaikan usulan dan kebutuhanku. Makanan yang Ibu rebut itu, melukaiku lebih dari yang sanggup Ibu bayangkan. Ibu senang melepas Ayah pergi? Jangan coba bernapas lega di hadapanku apabila Ibu bahagia. Seharusnya Ibu nggak senang sedikit pun. Rasa kehilangan Ibu alasannya yakni nggak ada suami. Rasa kehilanganku alasannya yakni tak ada Ayah. Ayah nggak mungkin minta cerai. Dia nggak akan mau.
Ibu memberitahu alasannya yakni beliau mesti turun dari jabatan CEO. Pi Young rasa dengan pendidikannya, beliau akan dengan mudah sanggup pekerjaan baru. Ibu orang yang takkan berubah. Ayah memintaku selaku syarat cerai. Tapi menyerah alasannya yakni keegoisan Ibu dan minta berjumpa denganku dua pekan sekali. Aku dengar seluruhnya di ruang keluarga. Sebulan sekali nggak Ibu kabulkan. Setahun berulang kali nggak Ibu kabulkan. Ayah menangis. Kalau aku, niscaya kuizinkan. Dia bukannya membunuh orang tuamu.
Ibu memberitahu kalo dalam beberapa hal, beliau sama kejamnya dengan pembunuh. Mungkin lebih dari itu. Kamu nggak tahu alasannya yakni nggak mengalaminya. Pi Young merasa nggak habis pikir. Ibu ingin saya mengalaminya? Agar saya sanggup memahamimu…
Pi Young membentak ibu. Jangan konyol! Kamu ingin dihormati oleh menantumu yang sukses? Aku teringat Ibu setiap kali Ji a bersikap baik. Alangkah baiknya Ibu menutup mata dan mau memaafkan Ayah. Saat saya menikah, semestinya saya masuk dengan menggandeng tangan Ayah. Melihat Ji a berkembang akan membuatku lebih bahagia. Kesenjangan generasi kalian sungguh jauh, namun kau masih merindukan cucumu. Apalagi ayah dan anak? Apa yang mau Ayah lakukan? Apa pernah Ibu pikirkan? Ibu niscaya nggak akan membela Ayah. Atau selaku gantinya, saya yang beradu mengambil alih Ayah setelah besar? Karena kesalahan Ayah, saya mesti hidup menebus dosa pada Ibu? Keluarga kita cuma menyisihkan kesedihan. Ibu juga nggak berjumpa lelaki baru. Jangan urung menikah lagi cuma alasannya yakni dan demi aku. Aku tahu Ibu berkencan dengan instruktur golf. Aku tahu kau juga membayarnya. Meski kebahagiaan menghampiriku, saya nggak sanggup sepenuhnya menikmatinya. Yu Sin bilang saya kadang-kadang terlihat sedih. Aku cuma membantahnya, berkata saya bahagia. Ibu tak pernah menyesal? Tanya Pi Young.
Ibu nangis. Ia merasa kalo Pi Young nggak pernah tahu betapa ia sungguh menyayangi ayahnya. Karena itu, saya lebih nggak sanggup memaafkannya.
Sampai sekarang? Tanya Pi Young. Ibu mengangguk membenarkan. Setiap kali saya merindukan Ji a, setiap mencemaskanmu dan ingin tahu kabarmu, saya kian membencinya.
Seorang perempuan berendam. Ada dua sikat gigi di kamar mandi.
Seorang perempuan lain berambut panjang bermain piano.
Wanita lainnya lagi tersenyum memandang ponselnya di atas kawasan tidur.
Sa Hyun menonton pertarungan golf. Hye Ryeong menghampirinya dan memakaikan masker di wajahnya. Setelah selesai ia juga memakai masker untuk dirinya sendiri kemudian merebut remit yang Sa Hyun pegang.
“Kamu mesti cemas.”
Sa Hyun nggak ngeh. Hye Ryeong sesumbar kalo banyak yang menggodanya. Bagaimana bisa? Tanya Sa Hyun. Hye Ryeong memberitahu kalo ada yang mengiriminya pesan. Apa katanya? Tanya Sa Hyun. Mereka bilang kesengsem kepadaku. Kau senang? Tanya Sa Hyun. Hye Ryeong pribadi memandang Sa Hyun. Hanya bilang begitu? Kamu nggak cemburu? Sa Hyun mengaku sanggup cemburu kalau tahu orangnya. Siapa? Tanyanya.
Hye Ryeong menekankan kalo itu nggak serius. Aku mengabaikannya. Sa Hyun kembali menyalakan tv-nya.
“Berisik.”
Sa Hyun mematikan bunyi tv-nya. Tahu penulis di tempatku yang sudah berumur? Dia akan bercerai. Kenapa? Tanya Sa Hyun kayak nggak tertarik. Fokuslah dengar ucapanku. Pinta Hye Ryeong. Akhirnya Sa Hyun mematikan tv-nya.
Hya Ryeong pun mulai cerita. Suaminya yang dosen meminta cerai. Bukan alasannya yakni selingkuh, namun alasannya yakni terlalu lama hidup bersama. Bagaimana menurutmu? Entahlah. Jawab Sa Hyun nggak tahu.
Kamu sanggup mengerti sesama pria? Tanya Hye Ryeong. Sa Hyun pikir mesti dengar pihak satunya lagi. Hye Ryeong merasa kalo secara pribadi, ia menyaksikan kalo masalahnya ada di Si Eun. Sifatnya? Tanya Sa Hyun. Hye Ryeong membantah, hasrat. Apa? Sa Hyun terkejut dengarnya. Hye Ryeong mengaku bercanda. Bekerja keras itu bagus, namun semestinya berdandan sedikit. Sa Hyun pikir beliau sibuk. Memangnya saya tak sibuk? Protes Hye Ryeong. Aku pegang program belanja rumah. Lalu iklan. Kadang mengisi bunyi juga. Apa saya pakai sembarang baju walau sungguh sibuk?
Di rumah kau pakai baju nyaman. Bantah Sa Hyun. Hye Ryeong membenarkan, namun saya nggak memakai celana lelaki atau kaus lama menyerupai banyak perempuan lakukan. Aku juga masih muda. Didandani apa pun tetap cantik. Tapi beliau sudah 50 tahun. Dia perempuan berusia 50 tahun namun nggak berdandan. Selalu tanpa riasan. Bajunya senantiasa sama. Wajar kalo suaminya bosan, kan? Aku kasihan pada anak-anaknya.
Anaknya ada dua, kan? Tanya Sa Hyun. Hye Ryeong mengiyakan, mereka niscaya sungguh terluka. Anak bungsunya kelas 5 SD
dan sekelas dengan anak produserku. Seorang dosen semestinya menerangkan permasalahan secara logis. Hidup bareng hingga sekarang, kemudian bercerai. Apa guna hidup istrinya?
Sa Hyun merasa nggak nyaman. Ibu secara tiba-tiba nelpon. Ibu berharap saya tak membangunkannya. Hye Ryeong mengaku nggak akan tidur seawal ini. Di sini gres pukul 22.00. Ibu kena flu? Sa Hyun bangkit dan meninggalkan kamar.
Ibu membantah, bunyi ibu serak alasannya yakni masih pagi. Menantu ibu sehat? Tanya ibu. Hye Ryeong menjawab sehat. Istrinya bahkan memperhatikan kulitnya.
Sa Hyun menuang air ke gelas. Ia nampak mempertimbangkan sesuatu.
Setelah bicara dengan Ibu, Hye Ryeong mengambil ponsel Sa Hyun dan meriksa panggilan terakhirnya. ISTRIKU, JAKSA KIM, KAKAK. Ia lega alasannya yakni nggak ada yang mencurigakan dan mengembalikannya.
Sa Hyun bicara pada ibu dan mengaku akan bercerai. Ibu memarahinya. Bicara apa kamu? Sa Hyun minta tolong pada ibu untuk membujuk Ayah. Ibu nggak mau. Apa kau gila?
Sa Hyun tiba ke tempat tinggal ayah namun seseorang bilang padanya kalo mereka sudah pergi sejak pagi. Ke lapangan golf? Tanya Sa Hyun. Wanita itu membantah. Ke Busan. Mereka mesti menghadiri pernikahan. Kamu tak meneleponnya dulu? Sa Hyun menggeleng. Aku kira di rumah alasannya yakni final pekan. Ia kemudian bermain dengan Dong Mi.
Seorang lelaki menghampiri seorang perempuan yang memakai masker dan mengonfirmasi kalo ia Nam Gabin, kan? Wanita itu membenarkan. Pria itu mengaku selaku penggemarnya. Boleh minta tanda tangan? Gabin mengiyakan dan menanyakan namanya.
“Jung Su-gil.”
Pria itu juga minta foto. Gabin sudah menolak namun beliau tetap minya dengan argumentasi kalo ia penggemarnya. Gabin mengaku sedang nggak memakai riasan dan nggak mau terlihat menyerupai ini. Pria itu merasa hari ini juga keren. Pria itu tetap mengambil foto dengan ponselnya dan Gabin memalingkan wajahnya. Pria itu malah murka dan menyangka Gabin angkuh hingga menghasilkan dua perempuan di depan memandang mereka. Apa susahnya berfoto sekali saja. Gabin memberitahu kalo orang-orang sanggup mengenali.
Pria itu kayak nggak peduli. Apa masalahnya? Kamu bukan bintang besar. Bersyukurlah saya mengenalimu. Wanita di depan ikut bicara, Ami. Jangan memaksa apabila beliau nggak mau. Pria itu melarangnya untuk ikut campur. Ami murka dan membentaknya. Memang kau siapa? Aktor musikal juga manusia. Dia juga punya privasi.
Pria itu ikut marah. Kamu minta diberi pelajaran? Beraninya kau? Dia maju mau menyerang namun tidak boleh sama perempuan yang satunya. Song Won (kayaknya). Pergilah! Siapa tahu ada yang merekam.
Dan memang semua orang yang mengantre di depan sedang memotretnya. Pria itu merasa nggak tenteram dan pergi. Ia menyatakan ke Gabin kalo kini beliau yakni pembencinya.
Gabin melepas maskernya setelah lelaki itu pergi. Ia berterima kasih pada Song Won. Nggak duduk permasalahan jawab Song Won. Gabin memberitahu kalo kadang-kadang ada orang menyerupai itu. Song Won memberitahu kalo ia juga menonton Natasha. Gabin mengiyakan. Di sini cukup ramai. Kalian nggak mau ke kawasan lain? Aku yang traktir. Song Won tersenyum. Nggak duduk permasalahan siapa yang bayar. Aku merasa terhormat.
Ketiganya kemudian pergi dari sana. Kalian bawa mobil? Tanya Song Won. Keduanya mengiyakan.
Gabin mengaku tiba-tiba saya ingin makan daging, namun di sana takaran personal. Song Won membenarkan, saya juga sedang ingin makan daging. Ami mengaku nggak mengetahui Gabin alasannya yakni lama tinggal di luar negeri. Gabin berterima kasih nggak mengenaliku di luar panggung. Khususnya dikala menyerupai ini? Tapi kau keren. Puji Ami. Penggemar asing tadi punya mata yang bagus. Gabin berterima kasih atas bantuan kalian hari ini. Ami merasa kalo itu sudah seharusnya. Gabin merasa kalo kini ini, banyak yang tidak ingin ikut campur. Lebih individualis dibandingkan dulu, kan? Tanya Song Won.
Hye Ryeong hingga parkiran. Ia kemudian menyaksikan kendaraan beroda empat suaminya dan mendekat. Mendadak ia terhenti dikala mau mengeyuk begitu mekihat ponsel Sa Hyun. Dia yang habis telponan kemudian menyimpan ponselnya kemudian mengambil ponselnya selama ini dan turun dari mobil.
Ia terkejut lihat Hye Ryeong namun berupaya untuk menutupinya. Kamu bilang pulang telat. Hye Ryeong mendorong Sa Hyun dan mengambil ponsel tadi. Apa ini? Tanyanya sambik menunjukkannya ke Sa Hyun.
Sa Hyun cuma membisu meski Hye Ryeong nampak sungguh marah.
Bersambung…