Drama Korea – Sinopsis Love Scene Number Episode 1 Part 2, Untuk membaca daftar selengkapnya link pribadi di goresan pena yang ini. Sebaliknya Kalian juga simak part 1 Episode sebelumnya baca di sini.
Doo Ah terburu-buru pergi ke tempat tinggal Shi Han dengan menjinjing kue. Dengan argumentasi haus ia minta Shi Han untuk membelikannya minuman sekarang. Ia bahkan juga ngasih duit ke Shi Han.
Dan selagi Shi Han pergi, Doo Ah menghampiri ponsel Shi Han yang ditinggalkan di meja. Dan untuk mengenali kunci ponselnya, ia menaburkan bedak di atas permukaannya. Wah patut dicoba nih kalo pingin buka ponsel seseorang😅😅😅.
Berhasil. Kuncinya Z. Ia pribadi membuka galeri. Nggak ada yang mencurigakan. Sampai ia menerima folder DA. Doo Ah? Namanya? Dan ternyata di dalamnya ada banyak fotonya yang Shi Han ambil dari media sosialnya.
Ih kemeja kotak-kotak. Doo Ah terburu-buru bangun dan jalan menuju lemari. Di antara baju-baju itu nggak ada yang tepat dengan yang di foto. Ia kemudian membuka pintu sebelah. Lah apa Ini? Ada banyak paper bag dengan kartu di dalamnya.
“Si Han Sayang, saya sungguh merindukanmu” A Ra? “Si Han, kuharap kau menyukainya” Ji Min? “Si Han, ini ikat pinggang yang kau mau!” Su Jin?
Doo Ah nggak paham. Apa itu? Shi Han tahu-tahu kembali. Doo Ah beralih ke rak buku bersahabat wilayah tidur. Shi Han masuk dan menaruh minumannya di atas rak. Ia kemudian mendekat ke Doo Ah dan mendorongnya ke wilayah tidur. Ia mau membuka busana Doo Ah tetapi Doo Ah menendangnya hingga jatuh. Ia mengku nghak kesengsem melakukannya dengan Shi Han.
Shi Han pribadi berlutut dan meminta maaf. Ia meyakinkan kalo umumnya ia nggak begitu. Ia menjangkau tangan Doo Ah dan menahannya. Doo Ah menghempaskan tangannya dan pergi.
Sesampainya luar Doo Ah menyaksikan tangannya yang memerah gegara Shi Han.
Selanjutnya Sang Wu. Kebetulan Sang Wu keluar sehabis telponan sama profesor. Saat itulah ia masuk ke ruangan Sang Wu dan menyaksikan komputer nya. Anehnya di sana nggak ada satupun foto. Takutnya Sang Wu sudah menghapusnya duluan.
Tiba-tiba ada yang tiba dan Doo Ah pun beranjak dari meja Sang Wu. Yang tiba yaitu Ji Sung. Doo Ah bersikap menyerupai nggak ada apa-apa. Ji Sung menanyakan Sang Wu dan Doo Ah menginformasikan kalo Sang Wu sedang keluar sebentar.
Ji Sung menyayangkan. Harusnya ia tiba lebih awal. Ia kemudian menentukan untuk menunggu. Diam-diam Doo Ah menyelipkan ponselnya di antara buku kemudian pamit.
Di luar Doo Ah menyimak obrolan mereka. Mereka membicarakannya. Menurut Ji Sung, ia menarik. Sang Wu mengaku mendapatkan kesan ini dari para mahasiswa sekarang. Mereka memiliki ego yang kuat, tetapi tidak ada substansi. Du Ah juga menyerupai itu. Dia berpikir bahwa apa yang ia pelajari yaitu cara alam semesta dan ingin menerapkan perumpamaan teknologi dan teori di mana-mana. Kurasa saya tahu tipe menyerupai apa. Itu menggemaskan, tetapi pikirannya masih cukup muda. Dia percaya bahwa wawasannya bagus, jadi, siapa saya hingga mesti mengecewakannya? Semua anak seusianya memang menyerupai itu.
Kelas selesai. Doo Ah bangun seakan nggak ada apa-apa. Beberapa lelaki di belakang Doo Ah membicarakan ihwal unggahan itu. Gadis menduakan dengan tiga orang dari Ilmu Sosial angkatan 2017. Mereka berpikir kalo kakinya bagus. Pantas saja ia sanggup mengencani tiga lelaki sekaligus. Seorang penguntit memotret ini? Mereka pikir mereka tahu siapa pemilik kaki itu.
Doo Ah nampak nggak tenteram dengar dialog mereka.
Malamnya dikala mau pulang, Han Wool menyaksikan Doo Ah duduk di tangga dan melamun. Doo Ah bahkan hingga terkejut banget dikala ia menyapanya. Doo Ah menjatuhkan sesuatu. Han Wool menanyakan apa itu?
Doo Ah menginformasikan Han Wool yang duduk di sampingnya kalo tiba-tiba ia punya asumsi liar. “Mungkinkah itu satu-satunya foto yang diambil dariku?” Mungkin ia menjaring lebih banyak fotoku…
Maksudmu rumahmu? Tanya Han Wool. Doo Ah membenarkan. Sebuah alat mungkin sudah dipasang. Itu sebabnya saya berbelanja gawai ini. Han Wool menyerupai ragu. Bisakah alat kecil ini membantumu menerima sesuatu? Doo Ah menginformasikan kalo itu mendeteksi gelombang elektromagnetik. Jadi, jikalau ada kamera di sana, cahaya akan memantul sekecil apa pun kamera itu.
Kamu sudah memeriksanya? Kamu sudah mencobanya? Tanya Han Wool. Doo Ah menjawab belum. Ia mengaku terlalu takut untuk masuk. Aku takut dikala menimbang-nimbang mungkin ada suatu alat di sana. Itu sebabnya saya nggak sanggup masuk.
Han Wool menjangkau tangan Doo Ah dan minta gawai itu dari tangan Doo Ah. Ia akan mencari tahu apakah ada kamera apa enggak di rumahnya. Doo Ah bangun dan bilang mau ikut. Mereka kemudian jalan sambil gandengan tangan.
Keduanya berada di rumah Doo Ah. Setelah merasa siap, Han Wool mematikan lampu dan mulai memindai. Ia masuk ke tiap ruangan dan bahkan kamar mandi dan kamar tidur Doo Ah. Nggak ada yang mencurigakan.
Mendadak alat itu suara dikala Han Wool memindai wilayah tidur. Doo Ah sungguh terkejut. Tapi dikala Han Wool memeriksanya, nggak ada apapun di sana.
Doo Ah yang kecapekan tiduran di sofa dan Han Wool dengan setia menjaganya di sampingnya. Doo Ah mengaku bahagia nggak ada apa-apa di rumahnya. Ia kemudian menjatuhkan alat itu.
Han Wool menanyakan kemajuan penelusuran Doo Ah. Nyebelin! Han Wool memintanya untuk menyampaikan apa yang terjadi. Lagi pula, kau kekurangan waktu.
Doo Ah duduk dan menanyakan apa yang ingin Han Wool dengar.
“Apa aja”
“Kenapa? Biar kau sanggup mentertawakanku?”
Doo Ah mengajaknya untuk tertawa bersama. Kamu mengajukan pertanyaan kenapa saya tidak melawan mereka walaupun saya tahu itu salah satu dari ketiganya, bukan? Ya, kau benar. Aku tak mau mengakui bahwa saya salah. Tapi kau tahu apa yang lucu? Aku betul-betul tertipu. Kukira saya memegang kontrol dan saya sanggup mengatur mereka bertiga dengan sempurna. Jauh dari itu. Mereka membohongiku selama ini. Semuanya. Mereka bertiga.
Doo Ah mengenang dikala tiba ke tempat tinggal Shi Han. Aku pikir lelaki yang lebih muda itu sudah tergila-gila kepadaku selama bertahun-tahun. Kenyataannya, ia psikopat yang mempergunakan duit perempuan yang menyukainya.
Beralih ke lelaki kedua. Aku percaya lelaki renta itu cukup murah hati untuk mendapatkan semua kelemahanku. Selagi berpura-pura santai, ia menjelek-jelekkan kekasihnya. Dasar mesum.
Pria satunya, lelaki tampan,
ternyata seorang narsistik yang cuma menyayangi dirinya sendiri. Bukan saya yang ia inginkan. Dia cuma dimabukkan oleh dirinya sendiri, bercinta dengan gadis cendekia dan memukau sepertiku. Saat kupikir mereka bertiga yaitu lelaki sempurna, mereka bertiga ternyata sampah!
Han Wool menanggapinya sinis. Ia mengingatkan kalo Doo Ah lah yang menipu mereka lebih dahulu? Sejak awal, tidak ada kepercayaan di sana. Apa yang kau harapkan?
Doo Ah membantah dan menginformasikan kalo mereka semua yang menginginkannya lebih dahulu. Aku memberi mereka sebanyak yang mereka harapkan dan menginginkan jawaban yang besar.
Apa ini semacam kesepakatan? Tanya Han Wool.
Doo Ah melanjutkan kalo berpacaran yaitu kekerabatan antara dua orang. Penting bagi pasangan untuk diuntungkan dari hubungan. Itulah nilai dari berkencan.
Han Wool merasa nggak habis pikir. “Keuntungan”? Suaranya mulai meninggi. Siapa yang peduli soal itu dikala berkencan? Doo Ah menanyakan pada Han Wool apa kau percaya kau nggak berprasangka jelek atau berfantasi ihwal kencan? Stabilitas emosional, ikatan, kenyamanan, kekaguman, kesenangan, dan kepuasan hasrat. Itu keuntungannya. Aku menginginkan semua itu, tetapi satu lelaki tidak memberi semua. Jadi, saya memacari lebih dari satu. Apa itu salah? Aku bersusah payah untuk mendapatkan keinginanku.
Apa itu untuk para kekasihmu? Atau untuk dirimu sendiri? Tanya Han Wool. Ia bangun dan menekankan pada Doo Ah kalo berkencan bukanlah penelitian. Kamu melakukannya dengan hati, bukan kepalamu.
Doo Ah menanyakan maksud Han Wool ia salah dan layak mendapatkan apa yang terjadi? Han Wool membantah. Ia justru merasa kasihan padanya. Apa kau putus denganku untuk hidup menyerupai ini? Doo Ah mau bilang sesuatu tetapi Han Wool nggak mau dengar lagi. Ia permisi dengan argumentasi kalo Doo Ah niscaya lelah.
Ponsel Doo Ah suara sehabis Han Wool pergi. Ia menjadi materi omongan di grup. “Video gadis menduakan tiga di Universitas S” “Komunitas daring Universitas S dihebohkan oleh gadis ini”. Orang yang jahat. Menjijikkan. Sakit. Aku benci orang menyerupai itu. Aku kasihan terhadap mereka. Aku takut pacarku akan menyerupai dia. Sungguh malu bagi kampus kita. Kamu semestinya mati. Buruk sekali. Aku benci orang menyerupai dia. Kuharap ia mati.
Doo Ah hingga merasa mual membaca komentar mereka. Ia bahkan hingga lari ke toilet dan muntah-muntah di sana. Ia kemudian menyaksikan bayangannya di cermin. Dan dikala ia kembali ke kamarnya secara tiba-tiba alatnya bunyi.
Perlahan Doo Ah berlangsung ke sofa untuk memeriksanya. Alatnya ada di bawah sofa. Ia melongok melihatnya. Entah apa yang dilihatnya. Ia sungguh terkejut dan pribadi lari.
Ia pergi ke tempat tinggal Han Wool dan menggedor-gedor pintunya. Han Wool membukakan dan menanyakan ada apa? Doo Ah bahkan nggak sanggup ngomong. Han Wool menariknya dan membawanya masuk.
Doo Ah duduk di sofa dan merasa sungguh takut. Han Wool menghampirinya dan memberinya minuman hangat. Ia menanyakan apa Doo Ah sudah meriksa apa yang menghasilkan alarm nya menyala? Doo Ah menjawab enggak lantaran ia terlalu takut.
Han Wool menenangkan dan bilang akan memeriksanya dan nyuruh Doi Ah untuk menunggu.
Nggak usang kemudian Han Wool kembali tetapi Doo Ah sudah tidur. Ia duduk di meja dan memandangi Doo Ah. Ia ingin menjamah rambutnya tetapi nggak jadi.
Han Wool mematikan lampu kemudian kembali ke kamarnya. Di sana ia menimbang-nimbang cara untuk menolong Doo Ah.
Paginya
Doo Ah terbangun. Awalnya ia terkejut kenapa sanggup ada di rumahnya Han Wool. Tapi kesannya ia ingat. Ia mau bangun dan mencari Han Wool tetapi Han Wool nya nggak ada. Mungkin ia pergi ke toserba. Hehe.. Doo Ah samoai menanyakannya ke Buk-boogie. Di mana ayahmu?
Di meja ada komputer tablet punya Han Wool. Sambil nunggu Doo Ah mengambilnya dan ternyata nggak dilindungi sandi? Ia sudah menduga kalo Han Wool nggak menyembunyikan apa pun. Doo Ah pribadi membuka galeri. Ada banyak foto di sana.
Dan betapa kagetnya ia dikala menerima foto yang serupa yang diunggah di lembaga kampus. Apa itu yang asli? Ia kemudian mengambil ponselnya dan membandingkannya. Itu yaitu foto yang sama. Ia memperhatikan pantulan di beling dan nampak sungguh terang kalo itu yaitu Han Wool. Doo Ah depresi berat bukan main.
Ia kemudian pergi ke kamar Han Wool dan nyari busana itu di lemari. Nggak ada. Ternyata baju yang ia cari ada di keranjang baju kotor. Ia membandingkannya dengan yang ada di foto dan benar saja. Itu yaitu baju yang sama.
Doo Ah bingung. Kenapa Han Wool melakukannya? Sebuah pesan kemudian masuk. Shi Han? Dia menanyakan eksistensi Han Wool sekarang. Ternyata nggak cuma Shi Han. Han Wool juga mengirim pesan pada Sang Wu dan Do Ham.
Bersambung…
