Drama Korea – Sinopsis She Would Never Know Episode 3 Part 1, Silahkan baca rekap dari Episode sebelumnya baca di sini. Untuk menyaksikan bacaan lengkap selengkapnya di goresan pena yang ini.

Song Ah merasa frustasi. Terus, apa? Tanyanya. Apa yang mesti kulakukan? Selain gegabah yang kubisa, saya mesti bagaimana mudah-mudahan sanggup membalas orang yang membuatku terlihat bodoh? Katakan. Meski cuma sedikit saja.
Hyun Sung nampak ragu. Jika saya memberitahumu, apa kau akan melaksanakan menyerupai yang kukatakan? Song Ah memerintahkan Hyun Sung untuk mengatakannya.
“Berkecanlah denganku. Pacaranlah denganku. Yong Song Ah”
Awalnya Song Ah terdiam. Ia merasa kalo itu nggak mungkin. Anggap saja Aku nggak mendengarnya. Ia mau pergi namun Hyun Sung menahannya. Ia menekankan kalo itu bukan Lelucon… dan saya juga nggak merasa ini peluang


Jadi, apa? Tuntut Song Ah.
Tak peduli itu saya atau enggak, manfaatkan saja peluang ini. Seperti yang kau katakan, pembalasan dendam Agar beliau tahu dengan jelas, betapa kejamnya penghianatan.
Song Ah merasa berat. Tetap saja, nggak ada bedanya saya dan dia. Sekarang kau masih mempertimbangkan beliau akan terluka? Tanya Hyun Sung. Ku Mohon lihat luka yang kau alami. Lihat saja penderitaanmu dan kesulitanmu. Yang ku lihat cuma penderitaanmu. Mengapa kau nggak sanggup melakukannya?
Song Ah berlangsung pergi dan Hyun Sung kembali menahannya. Jadi, bantu-membantu kau mau bagaimana? Tanyanya. Song Ah menekankan kalo ia akan mengatasinya sendiri. Jadi, kau jangan ikut campur. Tanpa menyaksikan Hyun Sung lagi ia pun pergi dari sana. Hyun Sung sendiri cuma sanggup diam.


Ga Young menanti Song Ah sambil menonton tv. Gadis ini, sudah jam berapa, hingga kini belum ada kabar sedikit pun. Keluhnya. Mendadak ibunya Song Ah nelpon. Ia menjawabnya dan menyapa bibi.
Ibu menanyakan apa Song Ah sudah pulang? Ga Young memberitahu kalo beliau belum pulang. Kenapa? Apakah Song-ah punya masalah? Tanya ibu khawatir. Ga Young mengaku nggak tahu. Ibu mengeluhkan Ga Young yang juga nggak tahu padahal ia satu-satunya temannya.
Mendadak Song Ah pulang dan eksklusif mengambil minum. Ga Young hingga heran. Kali ini, ada apa lagi dengannya?
Apa itu Song Ah? Itu Song Ah? Tanya ibu. Ga Young membenarkan. Lah ibu malah eksklusif mematikan telponnya. Ia nampak bingung.
Song Ah memaki-maki. Dasar gila. Semuanya gila.


Song Ah berbelanja minuman dan berjumpa dengan Hyun Sung. Tapi ia mengabaikannya. Hyun Sung menghampirinya yang sedang menanti lift. Sudah kau putuskan? Bagaimana mengatasinya? Tanya Hyun Sung. Song Ah cuma diam. Pintu lift terbuka. Song Ah melarang Hyun Sung untuk naik.
Hyun Sung menurut. Orang-orang di dalam melihatnya heran. Secara tempatnya masih muat namun Hyun Sung nggak naik.


Sampai di kantor Song Ah menyaksikan Jae Shin sedang bicara dengan ketua tim. Ia menghampirinya dan memberinya minuman. Jae Shin berterima kasih dan mau mengambilnya.
“Kenapa berterima kasih? Aku cuma memberi minuman untuk pacarku.”
Semua orang kaget. Pacar? Yoon Song Ah, apa yang sedang kau katakan? Tanya Jae Shin.
Anda mesti jaga kesehatan. Karena ketika berselingkuh, Anda akan sungguh lelah, kan? Semua orang saling tatap. apa menggembirakan sudah permainkan perasaan orang? Tanya Song Ah. Ia kemudian melemparkan minumannya sambil menghujat Jae Shin.
Tapi ternyata itu cuma angan-angan Song Ah aja.


Jae Won lewat. Song Ah memberi hormat dan mengucapkan selamat. Kudengar, adik Anda akan menikah. Jae Won heran. Bagaimana kau tahu hal itu? Apa Anda tahu? Tanya Song Ah. Pak lee dan saya sudah pacaran selama dua tahun. Bahkan beliau ingin berliburan denganku.
Jae Won yang murka eksklusif menghampiri Jae Shin dan memukulnya sambil memaki. Semua orang terkejut dan berupaya untuk melerai.
Tapi itu juga cuma angan-angan Song Ah.
Jae Won mengjentikkan jarinya dan menanyakan apa yang ingin Song Ah katakan? Song Ah mengaku nggak papa. Jae Won tertawa. Astaga, cara ini masih berlaku. Terima kasih minumanya. Katanya setelah mengambil minuman Song Ah.
Song Ah cuma sanggup menghela nafas sambil terus memandang Jae Shin tajam. Hyun Sung menghampirinya dan menyindir; Hanya menyaksikan dari sini. Song Ah juga mengabaikannya dan pergi ke mejanya.

Ketua tim Yoon mengundang Song Ah dan Hyun Sung. Hari ini wawancara karyawan baru, kalian sanggup kesana jam 11.00? Song Ah dan Hyun Sung mengiyakan.
Kamu bawa mobil, kan? Tanya ketua tim. Hyun Sung mengiyakan. Ketua tim berpesan mudah-mudahan sebelum berangkat mereka meriksa lagi dokumen dan produk. Jika Besok nggak sanggup eksklusif kekantor pekerjaan yang mendesak, sanggup diurus dulu. Hyun Sung mengiyakan.

Hyun Sung memasukkan barang dan produk ke bagasi. Song Ah menyerupai malas pergi dengan Hyun Sung. Hyun Sung meminta tas yang Song Ah bawa. Song Ah yang kesal memasukkannya sendiri.
Song Ah mau masuk kendaraan beroda empat namun di sana sudah ada ketua tim. Ketua tim menyuruhnya untuk duduk di depan. Hyun Sung kan bukan sopir kita. Dibandingkan aku, kau lebih tenteram apabila itu Song Ah, kan? Tanya ketua tim ke Hyun Sung. Hyun Sung mengiyakan, itu yang ku mau.
Karena terpaksa kesudahannya Song Ah duduk di depan.

Jae Won tiba ke toko lagi. Karyawan sampao melihatnya aneh. Ada apa dengannya? Tanya manajer toko. Entahlah.mereka merasa ada yang aneh?
Karyawan toko memanggilnya dan malah menjadikannya kaget. Sedang apa kamu? Tanya Jae Won. Apa Anda punya kontrak di sini? Tanya karyawan toko. Jae Won merasa aneh. Kenapa mesti ada janji? Karyawan toko menyaksikan Jae Won menyerupai sedang menanti seseorang. Jae Won membantah. Menunggu siapa? Aku hanya…sedang mengetahui undangan klien. Jadi, jangan hiraukan aku, pergi melakukan pekerjaan kembali.
Karyawan toko mengangguk paham. Begitu rupanya. Di pagi yang Masih sepi ini? Sindirnya. Jae Won merasa nggak nyaman. Karyawan toko itu kemudian pamit.

Jae Won secara tiba-tiba memanggilnya dan menanyakan apa sudah menikah dan belum menikah juga tergolong pemberitahuan pribadi. Jae Won pikir iya. Itu yakni pertanyaan konyol. Ia kemudian menanyakan lazimnya klien langganan, tiba berapa kali?
Itu tergantung pada orangnya. Jawab karyawan toko. Ada yang satu ahad sekali. Ada juga yang tiba setiap ada produk baru. Tergantung pelangan. Jae Won rasa ia tetap saja, mesti menyaksikan data pelangan..untuk mengetahui, kapan akan tiba dan tiba di hari apa.
Karyawan toko jadi curiga. Jangan-jangan Anda… . Jae Won membantah kalo nggak menyerupai itu. Ia kemudian menyuruhnya untuk kembali bekerja.
Karyawan itu berbalik. Menurutmu saya bagaimana? Tanya Jae Won. Karyawan toko nggak paham. Apa..aku jenis orang yang jatuh cinta pada persepsi pertama? Karyawan toko menyaksikan Jae Won dari atas hingga bawah. Kalo ini…karena Anda bukan mutu yang saya sukai…
Jae Won berpikir kalo ternyata parasnya tergolong berkualitas. Selama 35 tahun gres pertama kali tahu kenyataan ini. Ia kemudian menyaksikan parasnya di cermin bedak.


Karyawan Ji Sung memberitahu kalo itu keadaan kemajuan gaun pengantin. Ji Sung melihatnya. Di antaranya ada Lee Hyo Jo. Perkembangan, ditunda. Bagaimana menanggulangi proyek pengantin Lee Hyo-joo ini? Tanyanya. Ia pikir kini sudah mesti diputuskan.
Ia kemudian ingat pembicaraannya dengan Hyun Sung sebelumnya. Hyun Sung ingin meminta bantuannya. Bantuanku? Masalah apa? Tanya Ji Sung nggak paham. Hyun Sung nggak ingin mereka memakai busana pengantin di hari itu. Ji Sung merasa kalo itu, hal yang agak sulit. Hyun Sung mengaku tahu kalo itu susah bagi toko, bagi Kakak dan juga bagi Ibu, nggak tahu akan mendapat berapa banyak kerugian.
Meski begitu, juga berharap sanggup menerima? Apa hingga tahap menyerupai itu? Tanya Ji Sung. Sunbae itu bagimu?
Karyawan mengundang Ji Sung dan membuyarkan lamunannya. Ji Sung bilang padanya akan mengatasinya. Karyawan itu bertanya-tanya bagaimana…


Hyo Jo, sedang memutuskan baju. Telponnya bunyi. Ia memerintahkan temannya untuk menjawabnya. Ia akan nelpon balik nanti. Yang nelpon yakni Ji Sung. Teman Hyo Jo memberitahu kalo beliau kini nggak sanggup menemukan telepon. Ji Sung meminta mereka untuk menyodorkan pada Hyo Jo untuk mengontak Bridal HR. Berharap sanggup secepatnya mengontak kami.

Mobil Hyun Sung melalui laut. Ketua tim senang kesudahannya sanggup menyaksikan laut. Ia berterima kasih pada Hyun Sung. Berkat kau sanggup dengan tenteram naik kendaraan beroda empat tiba kemari. Bawa kendaraan beroda empat sungguh melelahkan, kan? Tanyanya. Hyun Sung membantah. Nggak menyerupai itu. Iamengaku suka bawa mobil. Ketua tim berpikir juga mesti bawa mobil.
Ketua tim kemudian mengajukan pertanyaan pada Song Ah, kau juga punya SIM, kan? Song Ah mengiyakan. Saat kembali nanti, biar saya yang bawa saja. Kata Song Ah pada Hyun Sung. Hyun Sung mengaku nggak masalah, lebih baik ia yang bawa saja.
Song Ah juga, sudah benar naik kendaraan beroda empat ini, kan? Tanya ketua tim. Coba bayangkan, naik bus sendirian kemari. Begitu hingga masih mesti ganti bus lain. Aduh, cuma akan letih saja… . Pekerjaan juga sanggup minta sumbangan orang lain. Aduh, sungguh bertanggung jawab. Nggak sanggup sering jalan-jalan juga. Selagi dinas, masih sanggup lihat laut, sungguh bagus. Bahkan terasa menyerupai jalan-jalan. Kita nikmati pelan-pelan, gres kembali saja.
Song Ah mengiyakan.


Hyun Sung mengaku sering menyaksikan Sunbae jalan-jalan. Ketua tim nenginfirmasikannya pada Song Ah. Song Ah membenarkan. Hyun Sung melanjutkannya. Sepertinya kudengar, jalan-jalan untuk perayaan atau sejenisnya. Masih mau pergi jalan-jalan yang itu? Song Ah mau memandang Hyun Sung tajam.
Ketua tim merasa ingin tau dan menanyakannya. Jalan-jalan perayaan? Jalan-jalan perayaan apa? Apakah bareng dengan pacar… . Kamu belakang layar sudah pacaran?
Song Ah membantah. Pacaran apa? Ada yang menyerupai itu, dengan teman, sobat wanita. Ketua tim kayak kecewa. Ternyata sobat wanita. Kirain.

Akhirnya mereka sampai. Hyun Sung mengambilkan tas Ketua tim dan memberikannya. Song Ah minta diambilkan juga namun Hyun Sung nggak mau. Ambil saja sendiri punyamu. Song Ah memandang Hyun Sung kesal dan mengambilnya sendiri. Hyun Sung mengambil satu paper bag dan nyuruh Song Ah untuk membawanya juga.
Ketua tim merasa kalo setelah meletakkan koper, ke wilayah pelatihan, semestinya sudah sempurna waktu. Ia dan Song Ah akan pergi daftar masuk dulu, dan nyuruh Hyun Sung untuk parkir mobil. Hyun Sung mengiyakan.
Ketua tim jalan duluan. Apa yang ingin kau lakukan? Tanya Song Ah. Hal yang kau katakan tadi, bagaimana boleh? Karena nggak mengikuti apa yang kau katakan, jadi kini nggak mau tahu sama sekali lagi?

Apa kau ingin memakai argumentasi pekerjaan untuk ikut kemari? Tanya Hyun Sung. Song Ah membantah. Sama sekali bukan. Aku cuma demi kuota promosi…
Hyun Sung merasa kalo Sunbae juga merasa ini argumentasi yang jelas, kan? Song Ah membenarkan. Ia memang ingin ikut dengan argumentasi yang jelas.
Hyun Sung menasehati kalo mengelak nggak sanggup merubah apa pun. Song Ah merasa sebaliknya. Hyun Sung melaksanakan ini sama sekali nggak merubah apa pun. Jadi, kau berhentilah hingga di sini. Nggak akan pernah terjadi hal yang kau katakan itu.
Hyun Sung mengangguk. Ia pikir mesti nunggu dan lihat dahulu gres tahu.

Karyawan toko menyodorkan baju pada Hyo Jo. Itu produk yang baru, Anda mau memeriksanya? Hyo Jo pikir semestinya nggak masalah. Karyawan toko bertujuan untuk membungkuskan untuk Hyo Jo dan memintanya untuk menanti sebentar.
Teman Hyo Jo mau membayarnya untuk kado pernikahannya. Hyo Jo mengiyakan dan berterima kasih pada temannya. Saat kau menikah, akan kuhadiahkan yang lebih baik.
Teman Hyo Jo yang satunya juga ingin memberi kado untuk Hyo Jo dan menanyakan apa yang ia inginkan? Hyo Jo menyuruhnya untuk melaksanakan saja menyerupai yang ia suka.


Teman Hyo Jo yang pertama berpikir kalo nggak ada lagi yang Hyo Jo harapkan selain menikah. Benar, kan? Hyo Jo nggak menjawab dan meminum tehnya.
Teman Hyo Jo menyayangkan satu hal. Di sekitar kita juga sungguh banyak orang yang menyukaimu. Kau juga nggak pertimbangkan. Kakak sepupuku juga sama sepertimu menikah cuma lantaran cinta.
Teman Hyo Jo yang pertama menegur sobat yang kedua lantaran merasa bicaranya kelewatan. Teman yang kedua nerada nggak masalah, bukan menyampaikan hal yang salah juga.
Jadi, bagaimana dengan abang sepupumu itu? Tanya Hyo Jo. Teman Hyo Jo memberitahu kalo belum satu tahun sudah cerai. Mau diubahsuaikan menyerupai apa pun nggak akan bisa, kan? Hidup yang dilalui berbeda. Hyo Jo menanggapinya dengan santai. Begitukah? Ia kemudian kembali meminum tehnya.


Seorang lelaki yang bareng pasangannya mengetahui Hyo Jo dan menyapanya. Lee Hyo Jo? Ia memerintahkan pasangannya untuk memutuskan sendiri sementara ia menghampiri Hyo Jo. Ia merasa Hyo Jo menjadi lebih anggun lagi.
Hyo Jo nyuruh lelaki itu untuk perhi dan merepotkan diri. Kenapa menyerupai landak? Kelih lelaki itu. Ia meminta ijin duduk bareng mereka. Hyo Jo dan teman-temannya menyerupai malas melihatnya.
Pria itu menyinggung kalo ada rumor yang aneh yang bilang kalo Hyo Jo akan menikah. Mereka bilang kau menikah dengan karyawan perusahaan kalian. Benarkah?
Hyo Jo merasa kalo lelaki itu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan mengantarkan undangan padamu. Pria itu tertawa mendengarnya. Ternyata seleramu ini sungguh unik. Aku dahulu tak tahu kau suka memelihara orang menyerupai itu. Maaf. Seharusnya saya menghargai seleramu yakni jenis murahan menyerupai itu. Kenapa? Merasa malu setelah mendengar kata-kataku? Jadi, kenapa kau mau memelihara yang nggak sanggup mengeluarkan apa pun itu?



Hyo Jo menyindir lelaki itu kalo ia mesti berterima kasih dengan baik pada orang tuanya alasannya yakni sudah membesarkan orang kelihatannya selaku anak, sudah sungguh lumayan. Mempermalukan orang tuamu di mana-mana, masih menjaga kaki dan tanganmu. Karena cuma ini yang anaknya tahu, orang renta juga tak sanggup berkata apa-apa?
Pria itu mendekat dan menegur Hyo Jo. Kamu jangan keterlaluan. Karena anggun dan dimanja… . Hyo Jo yang kehilangan kesabarannya menyiram lelaki itu pakai teh dan bangkit. Ia menyindir lelaki itu. Kamu tergolong apa, masih mau memanjakanku? Sudah lihat, Lee Min Jeong? Hidup yang dilalui sungguh sungguh penting. Namun, sebelumnya mesti jadi insan dengan benar.
Dan ke temannya ia memberitahu kalo Kakak Jae Shin saya yakni orang yang sanggup membuatku gembira apabila beliau berdiri di sampingku. Apa kau kira sungguh gampang berjumpa dengan lelaki menyerupai itu? Teman Hyo Jo mau membantah dan bilang sesuatu namun Hyo Jo nggak mau mendengarnya.
Ia mengambil pakaiannya yang ia beli dan meninggalkan mereka. Dan hingga pada perempuan yang bareng lelaki tadi ia secara tiba-tiba berhenti dan menyindirnya. Cukup serasi. Orang sejenis.


Hyun Sung menjadi pembicara di konsultasi training KLAR. Pertama-tama diskusikan desain warna KLAR. Warna KLAR sama dengan dasarnya.Difokuskan untuk menampilkan gaya tersendiri. Membuatku lebih menyerupai dengan diri sendiri. Rasa cocok dan tenteram di kulitku. Warna yang alami dan tahan lama. Tiga hal ini dijadikan selaku acuan. Sedang menjalankan foundation khusus dari KLAR dan produk keayuan utama.
Mendadak Hyun Sung berhenti dan memandang Song Ah yang sedang melihatnya. Ia kemudian melanjutkannya. Baik, kuperlihatkan dahulu dasarnya pada kalian. Masker aktris yang didasarkan dengan warna putih mutiara dan….

Ketua tim makan bareng Song Ah dan Hyun Sung pada malam harinya. Datang ke wilayah sejauh ini, sungguh melelahkan, kan? Tanya seorang perempuan ke ketua tim. Ketua tim membantah. Sudah usang nggak jalan-jalan, cukup bagus. Hyun Sung bawa mobil, dialah yang lelah. Bahkan melaksanakan pelatihan. Sudah melakukan pekerjaan keras, Hyun Sung. Song Ah kami juga.
Song Ah menyodorkan gelasnya untuk dituang minuman dan berterima kasih. Wanita itu menuangkan untuk Hyun Sung juga. Meski pertama kali, namun training dijalankan dengan cukup baik. Ketua tim memberitahu kalo persiapannya sungguh bagus. Melihat data presentasinya, kulihat aneka macam catatan.
Wanita itu membenarkan. Memang juniornya. Song Ah juga orang yang sungguh berusaha. Ketua tim membenarkan. Wanita itu secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan pada Song Ah kenapa ia terus menyaksikan Hyun-seung? Apakah begitu ketakutan padanya? Song Ah nggak mau mengakuinya. Wanita itu mengiyakan. Sama sekali nggak mengalihkan pandangan. Kamu nggak merasakannya? Tanya perempuan itu ke Hyun Sung.

Hyun Sung berpikir kalo diawasi dengan sungguh fokus, jadi ketika mengerjakannya juga sungguh fokus. Melihat tatapannya itu, apabila hingga ada sedikit kesalahan saja pasti saja akan menghajarku dengan tatapannya.
Song Ah nggak mau kalah. Saat melatih anabawang mesti tegas. Aku merasa dahulu terlalu memanjakannya. Dia mesti tahu betapa menakutkannya senior. Benar, kan? Ketua tim sama perempuan itu merasa nggak nyaman.
Hyun Sung mengaku nggak akan mengelak meski tahu menakutkan. Karena bukan orang lain, melainkan Senior. Song Ah eksklusif menatapnya. Ia kemudian memaksakan senyumnya di hadapan ketua tim. Meski mempertimbangkan orang lain yakni hal bagus, namun setiap kali berdiri keluar juga bukanlah hal yang bagus. Mungkin juga ada alasannya sendiri. Semua duduk kendala sanggup dituntaskan sendiri. Hyun Sung merasa risau dan meminum air.
Ketua tim heran lihat mereka. Kalian berdua nggak sedang bertengkar, kan? Baik Song Ah ataupun Hyun Sung kompak menjawab enggak. Bertengkar apa? Ketua tim merasa kalo mereka berdua nggak mungkin bertengkar.

Keempatnya selesai makan. Wanita tadi mengucapkan selamat beristirahat dan meninggalkan mereka. Ketua tim ingin berjalan-jalan dan menanyakan apa yang ingin mereka lakukan? Ia pamit mau naik ke atas. Hyun Sung juga. Mereka kemudian berpisah.

Hyun Sung juga meninggalkan Song Ah. Ia mengaku ingin jalan-jalan. Setelah agak jauh ia berhenti dan menyaksikan Song Ah juga pergi.
Song Ah berlangsung seorang diri memandang laut.


Dua tahun yang lalu
Malam harinya Song Ah kembali ke kantor lantaran ponselnya ketinggalan. Ia kemudian menyaksikan Jae Shin sedang bareng Jae Won. Jae Won menjatuhkan sejumlah duit di dalam amplop ke hadakan Jae Shin.
Karena kau memohon padaku, jadi kuberikan padamu. Namun, apa kau mesti menyodorkan padanya? Tanya Jae Won. Jae Shin meyakinkan kalo ini yang terakhir kali. Maaf, memohon hal menyerupai ini padamu. Sungguh terakhir kalinya? Tanya Jae Won ragu. Ayanmu itu, begitu tahu kau pulang ke Korea, eksklusif nggak sabar ingin tiba menemuimu. Maukah saya bantu untuk mengatasinya? Sepengetahuanku, sifat dasar insan saja beliau tak punya.


Jae Shin eksklusif menatapnya. Jae Won membantah. Ia mengaku nggak punya maksud lain. Ini juga bukan jumlah yang kecil. Aku cuma ingin tahu beliau akan habiskan di mana. Jae Shin meyakinkan kalo ia niscaya akan mengembalikan uangnya. Namun mengenai dia, akan saya urus.
Maksudmu saya keterlaluan, ya? Tanya Jae Won. Bagaimanapun juga tetap orang tua, ini maksudnya? Aku begini lantaran terlalu tertekan.Dulu kenapa kau memperlakukan saya menyerupai itu, apa kau sudah lupa? Sadarlah, bocah. Tidak, sudahlah. Terserah padamu, terserah padamu.
Jae Shin cuma diam. Ia mengambil duit itu dan menyaksikan ke arah Jae Won pergi apa Song Ah?


Song Ah mau naik lift. Ia berupaya untuk mengejarnya. Tapi ketika ia menyaksikan ada Jae Shin di sana secara tiba-tiba ia nggak jadi naik. Ja mengaku lupa beli kopi.
Saat jam makan siang, Jae Shin terus memperhatikan Song Ah yang sedang makan bareng rekan-rekannya. Song Ah yang menyadarinya merasa nggak nyaman.

Sepulang kerja, Song Ah yang akan pulang nggak sanggup mengelak ketika Jae Shin juga masuk. Keduanya cuma membisu dan nampak Song Ah sungguh merasa nggak tenteram dengan itu. Kau merasa ingin tau padaku, kan? Tanya Jae Shin. Song Ah nggak ngeh. Jae Shin mengungkit yang di kantor ketika itu memang itu kamu. Song Ah meminta maaf dan memberitaju itu tanpa sengaja. Aku tak katakan pada…
Jae Shin mengaku nggak masalah. Meski menyerupai yang dibilang rumor, nggak peduli kami kerabat atau bukan, kenyataan perihal saya yakni budak Lee Jae-woon nggak akan berubah. Makara kau juga nggak perlu memikirkanku. Kalo ingin sebarkan silakan sebarkan saja. Kalo ingin menertawakan maka tertawalah.


Pintu lift terbuka dan Jae Shin keluar. Song Ah mengikutinya. Menurutmu, saya cuma orang menyerupai itu? Tanyanya yang menghasilkan langkah Jae Shin terhenti. Aku menghindarimu karena… . Meski bukan sengaja, namun sudah kudengar. Makara merasa bersalah sehingga berkelakuan menyerupai itu. Sejak permulaan saya memang nggak berpikir untuk berbagi duduk kendala pribadi orang lain. Lagi pula apa hubungan kalian berdua bukanlah urusanku. Aku menghormatimu selaku senior, juga bukan lantaran kau memiliki latar belakang menyerupai itu. Kalau begitu, saya pergi dulu.
Song Ah memberi hormat dan mau pergi. Jadi, kini apa yang kau rasakan? Tanya Jae Shin. Song Ah kembali menghadapinya. Sekarang juga sama. Meski nggak tahu kelak akan bagaimana. Jae Shin cuma membisu sambil memperhatikan Song Ah. Apa saya sudah sanggup pergi? Tanya Song Ah. Jae Shin mengaku sedikit lapar. Jika boleh, maukah makan malam bersama? Ji Ah cuma diam.

Sebenarnya apa yang perlu begitu disayangkan? Tanya Hyun Sung tiba-tiba. Song Ah melihatnya mendekat. Apa kau sungguh punya niat untuk menuntaskan hubungan, atau sedang menantikan? Tanya Hyun Sung lagi. Dia masih belum minta putus. Kau menantikannya lantaran nggak sanggup melepaskanmu, terus ragu menyerupai ini, mungkin masih akan kembali ke sisiku? Apakah Sunbae berpikir menyerupai itu?


Song Ah nggak mau menanggapi. Ia berbalik dan bertujuan pergi. Mendadak ia terhenti dan kembali. Apa kau merasa hidupmu terlalu santai? Pantas saja sanggup dengan santai membahas duduk kendala orang lain. Nggak peduli orang yang terluka akan jatuh ke lubang dan tersiksa atau nggak. Juga nggak peduli badan dirobek hingga hancur dan sarat darah. Benar, saya masih menyerupai orang dungu nggak sanggup melepaskannya. Aku tahu, nggak ada kata yang lapang dada dari verbal si berengsek itu. Selalu membohongiku, nggak menganggapku. Namun, saya berpikir, mungkin saja aku. Mungkin bukan perempuan itu, melainkan aku. Aku memang terus menantikan. Jadi? Kenapa dengan itu? Mau saya dungu atau enggak, apa urusanmu? Aku sudah nyaris gila. Kenapa kau masih ikut campur? Kamu tahu apa? Mengapa memperlakukanku sesuka hatimu? Ini perayaan yang terakhir. Kamu sama sekali nggak berhak untuk ikut campur masalahku. Aku juga nggak akan menemukan hal menyerupai ini. Jika sekali lagi kau meremehkanku, maka saya nggak akan pernah memaafkanmu.
Song Ah yang murka banget kesudahannya meninggalkan Hyun Sung. Makara aku…nggak akan begitu pada orang lain. Kata Hyun Sung yang menghasilkan Song Ah berbalik. Sudah lupa? Tanya Song Ah. Jelas-jelas saya memberitahumu…
Hyun Sung mengaku pernah mengalaminya. Hal yang serupa menyerupai Sunbae. Song Ah nampak terkejut lihatnya.



Ketua tim nyari Hyun Sung sama Song Ah di kamarnya namun nggak ada. Saat ia menyaksikan ke luar, nampaklah keduanya sedang bicara.
Hyun Sung memberi tahu apa yang ia rasakan ketika itu. Pura-pura nggak tahu, bertahan hingga akhir, terus memohon. Aku melaksanakan hal menyerupai itu. Apa kanu tahu apa akhirnya? Akhirnya tetap ditinggalkan. Mungkin Sunbae akan berbeda. Namun, setelah lelaki menyerupai itu memutuskan Sunbae, apakah Sunbae akan bahagia? Menurut Sunbae, kau sanggup diperlakukan menyerupai itu? Aku mengerti. Aku akan menuruti kata-katamu, berpura-pura nggak tahu. Namun, kau mesti tahu. Aku nggak menyerupai yang kau katakan, hidup dengan sungguh santai. Aku juga sanggup terluka. Aku juga tahu menyerupai apa rasanya. Hyun Sung nggak bilang apa-apa lagi dan pergi seakan beliau nggak peduli lagi sama Song Ah.
Bersambung…